Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon

Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon

Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Ronggowarsito 

Di samping dua kelompok di atas, ada 21 buku yang bukan asli tulisan tangan Ronggowarsito, tetapi diyakini sebagai karyanya.

Keyakinan tersebut dilakukan berdasar penelitian mengenai gaya bahasa, sandi-asma yang terjalin di dalamnya atau lewat sangkalan tahun pembuatan buku yang diterakan.

Dari kelompok ini, yang terkenal misalnya berjudul Witaradya, Kalatidha dan Joyoboyo.

Kecuali pengelompokan seperti tersebut di muka, ada 13 buku tulisan Ronggowarsito sudah sempat diterbitkan dalam ujud cetakan. Beberapa di antaranya sudah termasuk kelompok di atas.

Beberapa lagi semisal buku berjudul Sidin pengetahuan tentang kesusasteraan dicetak oleh HG Bomm Amsterdam pada tahun 1882.

Dan buku berjudul Saridin, mengetengahkan pendidikan kesusilaan, dicetak oleh Muller, Nederland di tahun 1858.

Manakah buku karangan Ronggowarsito yang paling menonjol? Sulit disebutkan secara pasti, karena ada beberapa alasan yang membatasi disamping soal selera.

Buku berjudul Pustaka Raja misalnya, cukup mengesankan. Karena keluar sampai sebanyak 29 buku, terbagi dalam 9 jilid dengan jumlah halaman tidak kurang dari 2.000.

Atau buku Sabdajati, yang berisi tembang Megatruh. Dimana pada pupuh ke 16 sampai ke 19, Ronggowarsito dalam puisinya telah menyebutkan secara jelas bahwa ia akan meninggal dunia pada Rebo Pon, tanggal 5 Dulka'idah tahun 1802.

Antisipasi Virus Corona, Gubernur DIY Tinjau Kesiapan RSPAU Hardjolukito

Lengkap dengan saat kematiannya, waktu dhuhur, serta perhitungan-perhitungan lain.

Walaupun demikian, untuk orang awam, mereka merasakan lebih dekat dengan karya Ronggowarsito berjudul Kalatida, terutama kepada pupuh ke-7 dalam naskah tersebut. 

Di mana pujangga ini menulis tentang adanya jaman edan. Mengapa ia sampai menyebutnya demikian?

Pupuh ke 7 dari Kalatida berbunyi:

A menangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, Melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni, soya kaduman melik, kaliren wekasanipun, Oilalah kersa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling Ian waspada.

Terjemahan bebasnya kurang lebih adalah:

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved