Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon

Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon

Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Ronggowarsito 

TRIBUNJOGJA.COM – Nama Ronggowarsito kembali menjadi perbincangan setelah Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebutnya saat memberikan pesan kepada rakyat Yogyakarta terkait virus corona melalui pidato di kantor Gubernur DI Yogyakarta.

Sejatinya pesan itu disampaikan di Keraton Yogyakarta, namun akhirnya disampaikan di Kepatihan Kantor Gubernur, Senin (23/3/2020)

Dalam pesannya, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyinggung soal serat kalatidha yang merupakan karya dari Pujangga Ronggowarsito.

Ronggowarsito merupakan pujangga Jawa di Kasunanan Surakarta.

Dikutip Tribunjogja.com dari Wikipedia Ronggowarsito lahir pada 14 Maret 1802 dengan nama Bagoes Boerhan.

Semasa hidup, pujangga Jawa ini melahirkan sejumlah karya sastra yang cukup terkenal.

Ronggowarsito kemudian meninggal dunia pada 24 Desember 1873 dalam usia 71 tahun.

Kemudian dia dimakamkan di Palar, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah.

Selain dikenal sebagai seorang pujangga, karya sastra yang dihasilkan oleh Ronggowarsito juga banyak berisi tentang ramalan kehidupan. 

Berikut ini kita simak tulisan Julius Pour yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1975, dengan judul Ronggowarsito Sudah Meramalkan Hari Kematiannya.

Suasana kehidupan di dalam lingkungan Kraton Solo pada pertengahan abad ke XIX, secara politis memang sulit. Meskipun demikian, dilihat dari perkembangan kesusasteraan Jawa, pertumbuhannya kelihatan cerah.

Disinggung Sri Sultan HB X Saat Pidato Virus Corona, Ini Isi Serat Kalatidha Karya Ronggowarsito

Pangkat yang lumayan, jabatan yang terhormat serta kedudukan yang menentukan dalam segala masalah surat-menyurat untuk kepentingan Raja masa itu, menyebabkan pergaulan Ronggowarsito semakin meluas.

Untuk kepentingan menanamkan pengaruh, Belanda juga menempatkan seorang penterjemah dalam lingkungan Kraton.

Hubungan Ronggowarsito dengan mereka, atas dasar pangkat yang sama sebagai penterjemah, tetap baik.

Melihat kemampuan dan ketrampilannya mengajarkan bahasa Jawa, seorang sarjana Belanda C.F. Winter putera dari J.W. Winter penterjemah di dalam Kraton, meminta agar sebuah jabatan selaku Guru Besar Bahasa dan Kesusasteraan Jawa bisa diisi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved