Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon
Sosok Ronggowarsito, Pujangga Jawa yang Ramalkan Kematiannya Sendiri di Hari Rabu Pon
Meskipun memperoleh janji imbalan gaji sebulan 1.000 Gulden, selama 12 tahun dengan jaminan hak pensiun separo gaji dan berbagai fasilitas lain, Ronggowarsito tetap tidak mau menerima tawaran menjadi Mahaguru di negeri Belanda.
Hanya satu alasannya, ia tidak mau meninggalkan kota Solo dan tidak bisa mengabdi kepada Sunan yang sedang bertahta.
Untuk mengisi lowongan Guru Besar tersebut, ditunjuknya salah seorang murid. Yang dengan rekomendasi Ronggowarsito, terus memegang jabatan Mahaguru di negeri Belanda sampai dipensiunkan.
Pujangga ini tidak hanya bergerak terbatas dalam penulisan buku-buku. Sebuah penerbit bernama Harteveld & Co, di tahun 1855 mencari seorang tenaga ahli bahasa Jawa guna menerbitkan sebuah koran.
Setelah melakukan konsultasi ke sana-kemari, dan menyampaikan permintaan kepada pihak Kraton.
Akhirnya Sunan Paku Buwono ke VII, memberikan ijin kepada Ronggowarsito untuk membantu penerbitan koran tersebut.
Dengan segala susah payah, nomor pertama koran Bromartani mampu diterbitkan pada tanggal 29 Maret 1855.
Terbit setiap hari Kamis, berhuruf Jawa. Sayang sekali, hanya mampu mencatat jumlah langganan 300 orang lebih sedikit. Bromartani tidak bisa bertahan lama. Setahun kemudian terpaksa menghentikan penerbitan.
• Pesan Sri Sultan HB X untuk Rakyat Jogja Hadapi Tidha-tidha yang Digambarkan Ronggowarsito
Memasuki jaman edan
Dilihat dari banyaknya buku yang pernah ditangani, Ronggowarsito memang penulis produktif.
Ia mampu menulis aneka macam masalah, sejak dari pengetahuan tentang kesusasteraan, filsafat, ramalan, sejarah, primbon sampai kepada masalah pendidikan.
Beberapa naskah asli tulisan tangannya, sampai hari ini masih tersimpan dan bisa disaksikan.
Tercatat ada 12 buku yang ditulis lewat tangannya. Termasuk dalam kelompok ini adalah kitab Paramasastra, dimana pada baris terakhir dihiasi gambar seekor ular kecil. Sebagai tanda seorang Pujangga.
Selain ini, ada dua buku bukan karangannya, tetapi ditulis oleh Ronggowarsito. Kedua buku tersebut, Panitisastra pelajaran tentang pendidikan dan Barotoyudho kisah peperangan keluarga Pandawa.
Sebenarnya hasil karya moyangnya, Kyai Yasadipuro ke I, kemudian ditulis kembali dan disalin oleh Ronggowarsito pada tahun 1864.