Kampus
UNY Kukuhkan Mutiara Nugraheni sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Pangan
Prof Dr Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. dGuru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pangan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Penguatan ketahanan pangan dan derajat kesehatan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun tanggung jawab dari setiap pribadi sebagai masyarakat di Indonesia.
Revolusi Industri 4.0 harus menjadi momentum untuk meningkatkan sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, pelaku industri dan masyarakat untuk mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan daya saing berbagai pangan lokal.
Inovasi pangan yang dilakukan harus berorientasi dan berdaya saing global tanpa tercabut dari akarnya, yaitu selalu berpijak pada kearifan potensi lokal Indonesia.
Selain itu mampu menjadi konsumen yang mampu memilih dan memilah pangan lokal yang berdampak positif bagi kesehatan sebagai pilihan utama.
Sehingga minimal kita dapat mendudukkan pangan berbasis potensi lokal menjadi tuan rumah di negeri kita sendiri.
Hal itu disampaikan oleh Prof Dr Mutiara Nugraheni, S.T.P., M.Si. dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Pangan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Pidato berjudul ‘Pengembangan Produk Berbasis Tepung Lokal Untuk Penguatan Ketahanan Pangan dan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia’ itu dibacakan pada rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Sabtu (15/2/2020).
• UNY Resmikan Patung Kembara dan Taman Adimarga
Mutiara Nugraheni adalah guru besar UNY ke-150

• Mahasiswa UNY Ciptakan Mini Diorama, Media Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah
Ia mengatakan, dari segi potensi ketersediaan, Indonesia memiliki keunggulan dengan sumber daya pangan yang sangat besar.
Saat ini, Indonesia termasuk negara terbesar nomor 3 di dunia yang memiliki keanekaragaman hayati dan hewani.
Keanekaragaman hayati yang terdiri dari 100 jenis tumbuhan, umbi, dan serealia sebagai sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan dan hewani.
“Namun sayangnya, belum semua potensi yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi pangan yang dibutuhkan semua orang," katanya.
Data pola konsumsi masyarakat masih menunjukkan rendahnya keanekaragaman, dan terkonsentrasi pada sumber karbohidrat berupa padi-padian.
"Pola makan yang kurang beragam dan bergizi seimbang ini menjadikan adanya beberapa permasalahan terkait dengan status gizi dan kesehatan," ujarnya.
Ia memaparkan, potensi Indonesia yang besar dalam hal sumber karbohidrat dan protein belum membuat Indonesia memiliki ketahanan pangan yang cukup berbasis pangan lokal.