Waspada Banjir Lahar Dingin
Hujan di Puncak Gunung Merapi, BPPTKG : Tidak Ada Potensi Banjir Lahar Dingin
Menurut BPPTKG, curah hujan 57 mm sudah biasa terjadi di puncak Merapi, dan masyarakat tidak perlu panik.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM - Pada Jumat (7/2/2020) siang, curah hujan di puncak Gunung Merapi dilaporkan menyentuh 57 mm.
Namun curah hujan tersebut tidak sampai menyebabkan banjir lahar dingin karena saat ini belum ada material dari Gunung Merapi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menuturkan potensi banjir lahar dingin saat ini tidak ada, memang terjadi hujan besar.
"Itu bukan lahar, seperti beberapa hari lalu perlu dibedakan antara lahar dingin dengan air sungai karena saat ini tidak ada material yang tertumpuk di atas karena kemarin erupsi dalam skala kecil," jelasnya, Jumat (7/2/2020).
• BREAKING NEWS : Puncak Merapi Diguyur Hujan Lebat, BPPTKG Imbau Warga Waspadai Banjir Lahar Dingin
Lanjut Hanik, menurutnya curah hujan 57 mm sudah biasa terjadi di puncak merapi, dan masyarakat tidak perlu panik.
"Kalau lahar itu ada material merapi presentase sampai 75 persen, sekarang tidak ada postensi lahar dingin potensi banjir hanya air biasa," ucapnya.
Untuk saat ini kondisi Gunung Merapi masih landai, kegempaan masih muncul potensi masih ada kerena material vulkanik masih ada dalam volume kecil.
"Kubah lava tidak ada perubahan," katanya.
Dihubungi terpisah, Kabid Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan mengatakan, jika hujan intensitas tinggi dan lama akan berpotensi banjir.
• Super Gampang! Tutorial Make Up Khusus untuk Musim Hujan
"Saat ini masih hujan, kita masih tunggu kalau ini sampai satu jam kemungkinan banjir walaupun dalam skala kecil," ucapnya.
Kondisi cueah hujan sekarang cenderung berubah ubah kadang deras kadang hanya gerimis.
"Kalau hujan di selatan yang harus waspada kali kuning mboying krasak, tenggara sungai nggendol kawung, semua kita pantau tapi yang paling deras kita belum tahu," katanya.
Ia menghimbau kepada masyarakat agar jika terjadi hujan segera menyingkir dari aliran sungai.
"ini yang paling bahaya kan para penambang pasir, karena maih jauh dari pemukiman warga," pungkasnya.
(TRIBUNJOGJA.COM)