Jawa

Masterplan Selesai, BOB Kebut Pengembangan Kawasan Super Prioritas Borobudur

Badan Otorita Borobudur (BOB) membuat langkah strategis guna mengembangkan Kawasan Destinasi Super Prioritas Borobudur.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Rendika Ferri
Rapat koordinasi destinasi Super Prioritas Borobudur (Joglosemar) oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) di Hotel Grand Artos, Magelang, Kamis (6/2/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Badan Otorita Borobudur (BOB) membuat langkah strategis guna mengembangkan Kawasan Destinasi Super Prioritas Borobudur.

Sejauh ini terdapat 309 hektar luas lahan di perbukitan Menoreh, di kawasan super prioritas ini yang sedang dikembangkan oleh BOB.

Dirut BOB, Indah Juanita, mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan rencana induk atau masterplan untuk pengelolaan lahan oleh BOB seluas 309 hektar di perbukitan Menoreh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Luas 309 hektar tersebut terdiri dari 50 hektar lahan dengan Hak Pengelolaan Lahan (HPL) yang dimiliki BOB. Sisa lahan adalah kerja sama antara BOB dengan Perum Perhutani.

Sekarang ini, BOB sedang memetakan mana saja titik di wilayah dalam kawasan tersebut, akan dibangun terlebih dahulu. Sejumlah investor juga berencana masuk untuk melakukan investasi di kawasan tersebut.

Empat Gerbang Megah Senilai Rp 118 Milyar Akan Sambut Wisatawan di Candi Borobudur

"Lahan kami yang di Purworejo, 309 hektar sudah selesai masterplan, dan sekarang kita sedang memetakan mana saja yang akan dibangun terlebih dahulu. Kami sudah melakukan pemasaran terlebih dahulu, di mana ada beberapa investor yang sudah mau masuk untuk melakukan investasi di kawasan tersebut," kata Juanita, Kamis (6/2) dalam acara jumpa pers BOB dengan media di Hotel Grand Artos, Magelang.

Juanita mengatakan, kawasan yang dikelola terbagi untuk lima fungsi yakni, adventure, villa dan hotel, kegiatan UMKM, teater terbuka atau Amphitheater, dan amenitas lain berupa fasilitas pendukung kawasan.

"Kawasan kami terbagi sekitar lima fungsi. Ada satu untuk adventure, misalnya untuk tracking, bersepeda, itu memakan banyak area dari 300 hektar. Ada juga untuk vila dan hotel. Kegiatan UMKM. Lalu, amphitheater. Di situ juga ada amenitas yang lain, berupa fasilitas pendukung kawasan. Seperti fasilitasn pengolahan air, air limbah. Untuk mengelola kawasan itu, harus dilengkapi fasilitas itu," tutur Juanita.

Hotel dengan 1.200 Kamar Akan Dibangun

Sebagian rencana dalam masterplan yang telah disusun BOB adalah rencana pembangunan hotel dengan kapasitas 1.200 kamar.

Pembangunan itu akan dilakukan secara bertahap dan ditargetkan pada tahun 2025 mendatang.

Skywalk atau Jalan Layang Akan Dibangun Menghubungkan Candi Pawon, Mendut dan Borobudur

Hotel ini juga akan melengkapi glamp camping atau glamping yang sudah dibangun yang baru berkapasitas 50 orang.

Glamping yang menempati luas satu hektar tersebut dijadikan laboratorium oleh BOB dan dapat dicontoh dan diterapkan di tempat lain.

"Jumlah kamar yang akan dibangun ada 1.200 kamar, tetapi itu bertahap, sesuai dengan tahap pasarnya. Hotel tidak masif yang besar. Jumlah kamar di atas 1000 kamar dan dibangun secara bertahap. Glamping hanya 50 penghuni, bisa juga nanti ada glamping baru lagi dimana kapasitas lebih banyak," tutur Juanita.

Selain kegiatan otoritatif, pihak BOB juga melakukan pendekatan dan bimtek kepada lingkungan sekitar.

Pendampingan dilaksanakan di desa sekitar, supaya saat dilaksanakan pembangunan, masyarakat sudah siap dan menangkap peluang yang ada.

Dengan begitu, masyarakat juga dapat menerima manfaat dari pengelolaan kawasan tersebut.

"Kami juga melakukan pendampingan kepada KemenPUPR dalam melakukan revisi tata ruang. Di tiga Kabupaten, Kulonprogo, Purworejo, dan Magelang, yang menjadi selimut kawasan BOB. Di sana, tata ruangnya diperbaiki supaya bisa menerima pembangunan besar di kawasan otoritatif, supaya sinkron dengan lingkungan," kata Juanita.

Empat Gerbang Utama Borobudur Ber-ikon Singa, Gajah, Kalpataru & Samudera Raksa Dibangun Tahun ini

Meski kawasan yang akan dikelola cukup luas, tetapi ada banyak sekali areal yang memiliki posisi yang sulit untuk dibangun bangunan masif.

BOB pun memutar otak dengan memanfaatkan areal tersebut untuk kegiatan yang bersifat atraksi wisata.

"Ada banyak sekali areal pada posisinya sulit dibangun untuk bangunan masif, sehingga kita gunakan untuk kegiatan atraksi. Seperti pada bulan Maret 2020 ini, kami menggelar acara atau event internasional, Downhill Enduro untuk sepeda. Memang tempat kita masih hutan, tetapi karena seperti itu jadinya menarik untuk jadi event pertama di DIY dan Jateng," katanya.

Keberadaan bandara baru NYIA ini diharapkan dapat membawa dampak kepada pengembangan kawasan super prioritas.

Tamu yang datang dapat terserap ke dalam kawasan. Kunjungan lebih banyak. Lama tinggal wisatawan meningkat.

"Dengan adanya airport, kapasitasnya besar sekali. Berarti kita punya peluang penyerapan yang tinggi. Ke depan, kita mesti memikirkan keterpaduan antara DIY dan Jateng. Jadi begitu tamu turun di airport, keluarnya kemana saja, harus terserap. Tak hanya akomodasi, termasuk juga kulinernya, infrastruktur dasar, air listrik, jalur jalan harus dikoordinasikan. Maka kami sangat memerlukan integratted tourism masterplan untuk dua provinsi tersebut," katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, Sinung Nugroho, mengatakan, pihaknya mendukung pengembangan Kawasan Destinasi Super Prioritas Borobudur.

Dukungan dilakukan dengan berbagai hal, salah satunya yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah pengembangan desa wisata.

"Kami mendukung pengembangan kawasan Borobudur. Salah satunya nanti kita akan mengembangkan desa wisata yang ada di Borobudur, sehingga dapat menambah kunjungan dan lama tinggal wisatawan," tuturnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved