Jawa
Darmo dan Bengkel Dokar Miliknya yang Tetap Bertahan Meski Digerus Zaman
Bengkel Dokar milik Darmo masih bertahan, memperbaiki dokar-dokar yang masih tersisa.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Seiring perkembangan zaman, Dokar, kendaraan transportasi berupa kereta kuda tersisih dengan moda transportasi lain yang lebih modern.
Meski terancam punah, dokar masih eksis sampai sekarang.
Begitu pun dengan juru dokar dan bengkelnya.
Ada yang hilang.
Ada juga yang masih bertahan sampai sekarang.
Satu yang masih bertahan adalah milik Darmo Margono (70) yang terletak di Jalan Sunan Bonang 22, Karet RT05/RW 06, Kelurahan Juranggombo Selatan, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang.
Bengkel Dokar milik Darmo masih bertahan, memperbaiki dokar-dokar yang masih tersisa.
• Menarik, 50 Dokar Hias Ramaikan Kompetisi Dokar Kreatif di Denpasar
Darmo menuturkan, bengkel Dokar miliknya sudah berjalan hingga generasi ketiga.
Bengkel yang konon sudah ada sejak 1921 itu diwariskan dari bengkel Dokar kakeknya di Ambarawa, diwariskan kepada ayahnya, dan diteruskan oleh Darmo hingga sekarang.
Darmo sendiri telah berprofesi sebagai juru perbaikan Dokar sejak tahun 1970 silam.
"Bengkel dokar saya ini sudah generasi ketiga. Sejak kecil, saya sudah belajar menjadi juru perbaikan dokar. Saya belajar langsung dengan orang tua saya. Mulai tahun 1970 membantu orangtua sampai sekarang. Saya generasi ketiga. Generasi pertama mbah saya di Ambarawa, bapak saya dan kemudian saya,” tutur Darmo, saat ditemui di bengkel dokarnya.
Saat masih Dokar masih banyak digunakan, bengkel Dokar miliknya tak pernah sepi dari pelanggan.
Darmo dibantu oleh tiga orang pekerja, memperbaiki dokar-dokar yang rusak.
Namun, seiring perkembangan zaman, transportasi modern bermunculan dan menggusur Dokar.
Jumlah pelanggan bengkel Darmo menyusut.
Sekarang hanya beberapa saja yang memperbaiki dokar di bengkel miliknya.
Sejak lima tahun terakhir, pelanggan semakin menyusut.
Dia pun bekerja sendiri di bengkelnya.
Bengkel dokar lain di Magelang juga perlahan hilang satu per satu.
Kini tersisa bengkel milik Darmo yang menjadi bengkel dokar satu-satunya di Magelang.
"Dulu, bengkel ramai. 10-15 dokar tiap hari saya hitung ada. Ada tiga rekan yang juga membantu, tetapi sejak lima tahun terakhir ini, saya bekerja sendiri. Ya bagaimana, sudah sedikit sekali yang memperbaiki dokar. Dokar juga sudah semakin berkurang. Hanya satu atau dua saja," tutur Darmo.
Meski pelanggan berkurang, Bengkel Dokar Darmo masih terus bertahan.
Perbaikan dokar dari perbaikan roda, as roda, per, kursi dan bagian dokar yang lain.
Darmo masih mempertahankan cara tradisional untuk memperbaiki dokar.
Peralatan tukang yang dipakai Darmo juga sudah berusia tua, merupakan peninggalan dari orangtuanya dulu.
Kayu yang digunakan untuk memperbaiki dokar sendiri tetap menggunakan kayu jati.
Ban dokar terbuat dari karet bekas ban mobil yang telah diiris.
Cara perbaikan tradisional, tetapi tetap mendapat sentuhan modern.
Darmo menggunakan blower listrik berusia tua untuk meniup angin di perapian, tempat menempa besi.
Baut dokar memiliki bentuk khusus sehingga ia bikin sendiri menggunakan mesin bubut.
Tarif perbaikan dokar bervariasi tergantung dengan jenis kerusakannya.
Pembuatan dokar baru juga bisa dipesan di bengkel Darmo, meski sudah lama sejak ia membuatkan pesanan dokar baru.
• Omzet Kusir Andong Naik Tiga Kali Lipat Selama Libur Natal dan Tahun Baru
"Dokar yang diperbaiki masih dipakai. Dokar itu berasal dari wilayah Salaman dan Borobudur, Kabupaten Magelang. Ada juga dari Parakan, Ngadirejo dan Temanggung, Kabupaten Temanggung," kata Darmo.
Darmo mengatakan, dirinya masih akan membuka bengkel dokar miliknya.
Meski sudah berusia 70 tahun, Darmo mengaku senang memperbaiki dokar-dokar yang rusak menjadi dokar yang baik kembali.
Anak-anaknya memang tak meneruskan pekerjaannya, tetapi tak membuatnya kecewa.
Ia akan terus memperbaiki dokar sampai waktu nanti.
'Anak-anak kerja di Jakarta. Tidak ada yang meneruskan. Ya mau bagaimana lagi, karena dokarnya sendiri juga sudah berkurang. Kalau saya sendiri masih senang memperbaiki dokar. Kalau ngga kuat, tak kletake uwis (kalau tak kuat nanti tak biarkan saja),” pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)