Pendidikan
Faris Fadhli, Wisudawan Tunadaksa STMM MMTC Yogyakarta yang Berprestasi Lewat Angkat Berat
Meski menyandang disabilitas tuna daksa, Faris tak pernah kehilangan semangat untuk menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
Penulis: Noristera Pawestri | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Keterbatasan fisik tak lantas membuat Faris Fadhli (26) putus asa.
Meski menyandang disabilitas tuna daksa, Faris tak pernah kehilangan semangat untuk menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di STMM MMTC Yogyakarta dengan meraih IPK 3.30.
Faris, mahasiswa Program Studi Animasi STMM MMTC Yogyakarta tersebut juga merupakan atlet angkat berat difabel asal Yogyakarta.
Berbagai prestasi pun berhasil ia torehkan, seperti perolehan medali perak pada Kejurnas NPC (National Paralympic Committe) Indonesia di Bandung pada 2017 silam, medali emas di Pekan Paralympic Daerah di Yogyakarta pada 2017 silam.
• STMM MMTC Yogyakarta Mewisuda 341 Wisudawan
Selain itu prestasi lainnya yakni perolehan medali emas di Kejurda Paralympic Daerah di Yogyakarta pada 2018 dan medali emas di Pekan Paralympic Daerah di Yogyakarta pada 2019, medali perunggu Kejurnas NPC (National Paralympic Comittee) Indonesia di Solo pada 2019.
Ketika ditemui usai mengikuti prosesi wisuda pada Rabu (4/11/2019) siang, Faris bercerita dirinya memang gemar berolahraga.
Berbagai macam olahraga pun ia gemari, salah satunya olahraga sepak bola.
Namun, pada tahun 2010 silam ia didiagnosis mengidap kanker tulang.
• STMM MMTC Yogyakarta Bertekad Mencetak Tenaga Ahli di Bidang Penyiaran dan Multimedia
Hingga pada akhirnya di tahun 2011 kaki kanannya harus diamputasi.
"Pas masih sekolah (SMA) tahun 2010 didiagnosa kanker tulang. Saya berjuang melawan kanker, akhirnya Juni 2011 itu kaki saya diamputasi," kata dia.
Setelah kaki kanannya diamputasi, Faris masih harus menjalani serangkaian pengobatan hingga tahun 2012.
Setelah selesai menjalani masa pengobatan, Faris kembali beraktivitas dan memutuskan untuk menekuni olahraga fisik di pusat kebugaran.
• Tutorial Super Mudah Menghilangkan Kantong Mata
"Berkembang dari situ (gym) terus lari ke angkat berat, karena disarankan oleh beberapa teman kalau angkat berat untuk difabel itu ada wadahnya. Karena saya memang nggak bisa jauh-jauh dari olahraga. Dulu sebelum diamputasi, sukanya main futsal. Sebenarnya cita-cita saya ingin jadi pemain bola, tapi mau bagaimana lagi, kaki saya malah diamputasi. Sekarang cita-cita saya simple saja membahagiakan orangtua,"
Rita Nur Siam dan Anton Edy Wibowo, kedua orangtua Faris yang turut mendampingi ia wisuda pun mengaku sangat bangga dengan prestasi yang diraih oleh puteranya.
"Saya baru dengar ini tadi ucapan Faris yang selama ini saya belum pernah dengar, bahwa tujuan dari kata kata Faris ingin menyenangkan orangtua kami hanya bisa mendoakan agar terus berprestasi di bidang angkat berat," ujarnya. (TRIBUNJOGJA.COM)
