Yogyakarta
Kisah ODHA, Berawal dari Jarum Suntik yang Dipakai Bersama
Menjadi seorang penyandang Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) bukan menjadi hal yang mengagetkan bagi AG (46).
Penulis: Andreas Desca | Editor: Ari Nugroho
Laporan reporter tribunjogja.com, Andreas Desca Budi Gunawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Menjadi seorang penyandang Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) bukan menjadi hal yang mengagetkan bagi AG (46).
Warga kecamatan Tegalrejo ini menyadari bahwa perilakunya pada tahun 1997-1998 merupakan hal yang sangat berpengaruh dengan kondisinya saat ini.
Kepada Tribunjogja.com, AG menjelaskan bahwa dulu ia adalah pengguna narkotika dengan jarum suntik.
• Kisah untuk Hari Aids Sedunia, Perjuangan Wanita Ini Bertahan Hidup Sebagai ODHA Selama 26 Tahun
"Jadi karena memang satu lingkup, jadi jarum suntiknya digunakan oleh banyak orang. Dulu kan belum ada sosialisasi mengenai bahaya penggunaan jarum suntik bersama seperti itu," katanya.
Ia pun menceritakan awal mula dia mulai merasakan gejala HIV mulai menggerogotinya.
"Pada tahun 2002, saya sempat sharing dengan teman-teman. Kan ada gejalanya dan saya mulai mengalaminya," tuturnya.
Awalnya badan mulai kurus, mulai gampang sakit-sakitan.
• Sejumlah WPS di Lokalisasi Sunan Kuning dan Gambilangu Terjangkit Raja Singa Hingga HIV
"Puncaknya suatu sore setelah mandi saya merasa meriang, saat itu diperiksakan ke RS Wirosaban. Hasil pemeriksaannya normal hanya diberikan obat rawat jalan," jelasnya.
Lanjut dia, seminggu setelah pemeriksaan yang pertama, diapun merasakan gejala yang sama.
"Saat itu diperkenankan untuk opname dan akhirnya diketahui bahwa saya mengidap B29," tuturnya.
Setelah itu, dia pun berfikir apakah kedua anaknya pun mengalami hal yang sama.
Pasalnya, setelah pemeriksaan lanjutan, istrinya pun diketahui positif terjangkit HIV dan anak-anaknya mengikuti program asi eksklusif selama dua tahun.
Akan tetapi kedua anaknya diketahui negatif HIV seusai menjalani pemeriksaan.
• Mahasiswa UGM Ciptakan Modul Terapi Pengobatan Penderita HIV dan AIDS
"Itu adalah mukjizat yang sangat luar biasa, saya tidak masalah bagaimana kondisi saya, yang penting anak sehat," tuturnya.
Saat ini AG pun lebih menjaga privasi mengenai virus yang dideritanya.
"Saya memang merahasiakannya, bukan karena malu karena kondisi namun itu semua untuk anak-anak saya," tegasnya.
Dia tidak menginginkan jika nantinya anak-anaknya mendapat perlakuan diskriminatif karena status orangtuanya sebagai ODHA.
Lanjutnya, saat ini untuk menjaga kondisi kesehatannya, dia berkomitmen kuat untuk terus mengkonsumsi obat secara teratur.
"Itu semua agar bisa melihat anak tumbuh dewasa dan sukses, jadi saya berkomitmen untuk terus mengkonsumsi obat secara teratur," jelasnya.
• Wakil Bupati Sleman Ajak Masyarakat Hilangkan Diskriminasi Terhadap ODHA
Lanjutnya, ODHA yang sudah berkomitmen untuk mengkonsumsi obat, harus bisa mempertahankan pemakaian obat bahkan hingga akhir hayatnya jika ingin memiliki usia yang lebih panjang.
Pria yang juga aktif dalam kegiatan penyuluhan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba dan HIV ini juga menyampaikan bahwa jangan takut terhadap ODHA.
Ada sebuah slogan yakni 'jauhi virusnya, jangan orangnya'.
"Kan HIV maupun AIDS tidak dapat tertular dengan mudah seperti flu. Kita berpelukan maupun makan bersama itu pun tidak masalah," katanya.
Dia juga berpesan untuk menjauhi hal-hal yang bersifat negatif untuk menghindari HIV. (TRIBUNJOGJA.COM)