Yogyakarta

Masyarakat Umum Boleh Menyaksikan Semua Rangkaian Perayaan Sekaten

Di dalam panti, para abdi dalem duduk bersila, berdoa sebelum melakukan Upacara Tumplak Wajik sebagai salah satu tahapan mengawali pembuatan gunungan,

Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
Suasana di Panti Pareden, Magangan, Keraton Yogyakarta Kamis (7/11/2019) sore tampak riuh. Ada banyak orang berkumpul mengelilingi area panti. Di dalam panti, para abdi dalem duduk bersila, berdoa sebelum melakukan Upacara Tumplak Wajik sebagai salah satu tahapan mengawali pembuatan gunungan, salah satu sarana wajib Upacara Garebeg. 

Bahwa tidak adanya kebisingan, riuh suasana dan hingar bingar Pasar Malam saat Sekaten merupakan dawuh atau perintah dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Sekaten tahun ini, dikonsep supaya bisa lebih mengingatkan kembali inti dan pokok dari perayaan Sekaten itu sendiri.

“Tahun ini kami lebih banyak menceritakan dan menunjukkan tentang Sri Sultan Hamengku Buwono X di Pameran Sekaten lewat manuskrip dan benda sejarah. Masyarakat umum boleh datang. Karena memang tujuannya supaya masyarakat bisa mendapatkan nilai lebih dari Perayaan Sekaten tahun ini yaitu sejarah Keraton Yogyakarta,” kata GKR Bendara.

Selain demi memaknai sejarah, rangkaian acara selama Perayaan Sekaten juga diisi dengan sejumlah kegiatan yang bersifat edukatif.

Salah satunya adalah Workshop Busana Jawa yang digelar di salah satu ruangan di kompleks Sitihinggil.

Yang menarik, para peserta adalah para guru dan kepala sekolah dari beberapa sekolah di wilayah DIY.

“Memakai busana adat Jawa sekarang ini mulai banyak diterapkan di sekolah maupun instansi. Tapi tak banyak yang tahu tata cara yang benar dan maknanya. Kita sampaikan bahwa memakai pakaian jawa itu tidak bisa asal pakai, asal menutupi badan dari panas dan dingin,” Kata Widyowinoto, Pemucal (pengajar) Pengageman Trapsila Subasita Karaton Yogyakarta.

Pasar Malam Sekaten Digelar 2 Tahun Sekali

Sementara dari sisi entertain, perayaan Sekaten lewat Pameran Sekaten juga dipenuhi pentas seni mulai dari seni karawitan dan seni tari.

Sama seperti prosesi Tumplak Wajik dan Pameran Sekaten, semua pertunjukkan selama acara berlangsung juga terbuka untuk umum dan boleh disaksikan oleh masyarakat dengan membayar tiket masuk Rp 5000.

Monica misalnya, salah satu dari pengunjung Pameran Sekaten asal Garut, Jawa Barat mengaku bisa menyaksikan semua rangkaian acara berlangsung.

Ia, cukup dibuat takjub dengan sejumlah benda benda keraton yang dipajang di beberapa ruangan Sitihinggil lengkap dengan keterangan asal usul benda benda bersejarah tersebut.

“Senang sekali bisa melihat dari dekat benda-benda keraton yang menurut saya sakral dan punya nilai sejarah. Tadi sempat jalan-jalan di Pameran Sekaten dan foto-foto dengan teman-teman. Saya rasa acara Sekaten kali ini menarik dan beda dari sebelumnya. Juga terasa kekinian karena ada tempat untuk kita berfoto dan menyampaikan pesan tertulis,” katanya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved