Kisah Amat Kasih, Pedagang Gerabah asal Kasongan yang Sudah 54 Tahun Berjualan Keliling

Kisah Amat Kasih, Pedagang Gerabah asal Kasongan yang Sudah 54 Tahun Berjualan Keliling

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA/YOSEF LEON
Amat Kasih saat menjajakan dagangannya ditemui di kawasan Timoho, Sabtu (28/9). 

Kisah Amat Kasih, Pedagang Gerabah asal Kasongan yang Sudah 54 Tahun Berjualan Keliling

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nama lengkapnya Amat Kasih. Seorang pedagang kerajinan gerabah keliling asal Kasongan, Bantul.

Menjelang matahari mendekat di atas kepala, Sabtu (28/9/2019) siang itu, Amat sudah sampai di kawasan Timoho.

Perawakannya tak beda dengan orang tua kebanyakan, tapi ada garis-garis ketegaran dari raut wajahnya.

Amat mengaku berusia 67 tahun dengan enam orang anak.

Sejak usia 14 tahun, dia sudah berkecimpung di dunia kerajinan gerabah.

Bukan hal yang aneh karena tempat tinggalnya merupakan sentra dari kerajinan tersebut.

Amat sehari-hari menjajakan dagangan menggunakan sepeda. Sebuah keranjang disandingkannya di bagian belakang.

"Berangkat dari rumah mulai dari jam delapan," kata Amat, sambil melepas topi capingnya.

Dukung Industri Pariwisata, BB POM dan Pemda DIY Luncurkan Aplikasi Kulinerku Oke

Sehari-hari Amat hanya membawa sekitar 10 kerajinan untuk dijajakan.

Masing-masing dua di keranjang kiri dan kanan, dan empat lainnya di ikatkan di bagian atas.

Ada berbagai jenis produk yang dijual, seperti guci, kendi, dan juga celengan. Untuk yang terakhir, banyak yang berbentuk tiruan dari berbagai jenis hewan. Seperti kodok, kuda, dan lain sebagainya.

Satu produk biasa dijual seharga Rp30-Rp50 ribu, tergantung ukuran dari produk tersebut.

Dalam sehari, Amat mengaku pendapatannya tidak tentu. Jika beruntung dagangannya bisa ludes.

Pulang dengan dagangan masih utuh pun dia pernah. Amat mengaku senang dengan profesi yang dijalaninya. Ia kadung betah berdagang keliling.

Viral Video Kakek Pakai Sepeda Onthel di Tol, Santai Kayuh Sepeda Meski Berjalan Melawan Arus

Saat menjajakan dagangannya, Amat jarang menaiki sepedanya. Dia hanya menuntun sepeda dari arah belakang sambil terus berkeliling.

Sangat beda dengan pedagang keliling lainnya yang biasanya menggunakan pelantang atau tanda tertentu untuk menarik perhatian.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved