Aktivitas Merapi
Suplai Magma Gunung Merapi Meningkat 3 Bulan Terakhir
Hingga saat ini produksi magma masih berlangsung. Meski tak terlihat jelas, namun ada gejala peningkatan produksi magma.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi (BPPTKG) memantau produksi magma meningkat sejak tiga bulan terakhir.
Kasi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan bahwa hingga saat ini produksi magma masih berlangsung.
Meski tak terlihat jelas, namun ada gejala peningkatan produksi magma.
• Keceriaan Pedagang dan Juragan Sayur Berjoget Ria di Grebek Pasar Isuzu Traga 2019 Magelang
"Suplai magma masih berlangsung dan cukup intensif, dari data informasi ada peningkatan tiga bulanan ini. Kami pantau seismisitas dan deformasi, ada gejalanya," katanya saat jumpa pers di BPPTKG, Senin (23/9/2019).
Ia menjelaskan bahwa Gunung Merapi masih diperkirakan mengeluarkan awan panas.
Terkait dengan awan panas letusan yang terjadi Minggu (22/9/2019) pukul 11.36 WIB, kondisi Gunung Merapi tidak berbahaya.
Letusan tersebut terjadi akibat adanya tekanan yang meningkat secara tiba-tiba.
Jika ada peningkatan tekanan, rekahan tersebut seperti katub yang tertutup.
• Update Aktivitas Gunung Merapi, Hingga Pagi Ini Terpantau Ada Satu Kali Guguran Lava
Dengan katup tertutup tersebut, menyebabkan gas terakumulasi, sehingga gas bisa terlepas.
"Di sisi lain ada peningkatan suplai magma. Jadi ada dua yang mempengaruhi, ada produksi gas secara alami, dan ada peningkatan suplai magma. Meski awan panas ini berbeda, tetapi kondisi Merapi tidak berbahaya," jelasnya.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat tetap tenang.
Terkait jarak aman, masih tetap 3 km dari puncak .
Hal itu karena jarak luncur awan panas relatif rendah.
"Untuk awan panas letusan yang kemarin jarak luncurnya 1.200 meter, yang paling jauh beberapa waktu lalu 2.000 meter. Jadi jarak aman masih sama," tambahnya. (TRIBUNJOGJA.COM)