Siswa Senior SMK Kelautan Kulon Progo Diduga Pukuli Adik Kelasnya, Begini Perkembangannya

Kepolisian Resor Kulon Progo segera bergerak mengusut dugaan kasus kekerasan terhadap siswa di SMKN 1 Temon atau SMK Kelautan

Tribunjogja.com | Singgih Wahyu
MDP dan orangtuanya saat berada Polres Kulon Progo, Kamis (19/9/2019) 

MDP saat itu mendapat pukulan, tamparan, dan tendangan pada sejumlah bagian tubuhnya dari para seniornya itu. Akibatnya, ia menderita luka di bagian dalam mulut hingga berdarah, sesak napas, dan pendengaran telinga kanannya terganggu.

Peristiwa ini sudah dilaporkan ke polisi oleh orangtuanya yang mendapati bercak darah di celana seragam MDP. Mereka menjalani pemeriksaan untuk penyusunan berkas acara pemeriksaan (BAP) di Polres Kulon Progo pada Kamis (19/9).

"Awalya istri saya curiga dengan kondisi MDP dan melihat ada luka di mulut serta bercak darah di celana. Setelah dikejar pertanyaan, barulah anak kami mengaku ada tindak kekerasan dari kakak kelasnya. Lalu kami bawa periksa ke dokter,"kata Ayah MDP, Tito Pangesti Adji seusai pemeriksaan di Polres Kulon Progo.

Dokumen Perencanaan Tol Yogyakarta-Solo dan Bawen-Yogyakarta Dikembalikan

Pihaknya lalu mendatangi sekolah untuk mengklarifikasi terkait kejadian itu dan dipertemukan dengan delapan siswa pelaku penganiayaan terhadap anaknya.

Namun, ia tidak cukup puas dengan sikap sekolah atas penanganan kejadian itu dan tidak ada yang menjenguk anaknya selama tidak masuk sekolah setelah kejadian itu.

Anaknya pun enggan bersekolah lagi di sekolah tersebut meski sudah dibujuknya dan kini sudah mendaftar di sebuah sekolah swasta di Wates.

Di sisi lain, dari informasi yang didapatnya dari MDP, ada ancaman dari para siswa senior bahwa anaknya akan dihajar lagi di luar sekolah jika sampai berani mengadukan aksi kekerasan tersebut kepada orangtuanya.

Apalagi, kejadian itu bukan pertamakalinya karena beberapa minggu sebelumnya anaknya juga mengalami hal serupa.

Hal inilah yang kemudian mendorongnya untuk menempuh jalur hukum karena menurutnya siswa senior tidak berhak memberi hukuman pada juniornya, termasuk tindakan fisik.

Ia berharap tidak ada lagi kejadian serupa di institusi pendidikan sekalipun sekolah itu menerapkan pendidikan berdisiplin tinggi.

"Saya akui anak saya bersalah. Tapi saya tidak semata membelanya mengingat sebelumnya sudah ada perlakuan yang sama. Penting bagi saya untuk memastikan keselamatan anak saya.Semestinya tidak terjadi yang begitu (kekerasan fisik). Kalau ini dibiarkan terus nanti bisa jadi dendam turun temurun bagi siswa di manapun mereka berada. Bahkan, ketika sudah kerja," kata Tito yang juga pengurus Dewan Kebudayaan Kulon Progo ini.

Pada kesempatan yang sama, MDP kepada wartawan mengaku tak nyaman lagi belajar di sekolah tersebut atas kejadian itu sehingga memutuskan untuk pindah.

Hingga saat ini, telinga kanannya masih terasa berdengung dan pendengarannya terganggu akibat pukulan yang diterimanya kala itu.

Menurutnya, ia dikeroyok oleh siswa senior kelas XI yang menjadi Batalion atau organisasi serupa OSIS di sekolah tersebut.

Ia mulanya tak ingin mengadukan masalah ini karena sejak awal sudah diperingatkan oleh para seniornya itu agar tak mengadukannya pada siapapun atas tindakan fisik yang diberikan padanya. Hanya saja, ibunya memergoki bercak darah di celananya sehingga MDP tak bisa mengelak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved