Sleman
Pengelola Jip Wisata di Lereng Merapi Keluhkan Penurunan Omzet
Dahulu, pada saat ramai, seminggu bisa di atas 14 jip namun sekarang rata-rata seminggu ada tujuh atau delapan jip yang disewa.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA. COM, YOGYA - Animo masyarakat untuk berwisata dengan jip di lereng Merapi menurun drastis.
Penurunan ini diperkirakan mencapai 25 hingga 50 persen.
"Kendala yang kami hadapi saat ini adalah berkurangnya animo masyarakat pada jip Merapi. Ada penurunan pendapatan meski tidak drastis," ujar Ketua asosiasi jeep wisata lereng merapi (AJWLM) Sisi Barat, Dardiri saat ditemui Tribunjogja.com di kompleks Kepatihan, Senin (16/9/2019).
Penurunan ini, ujar Dardiri, terlihat dari tingkat persewaan jip.
Dahulu, pada saat ramai, seminggu bisa di atas 14 jip namun sekarang rata-rata seminggu ada tujuh atau delapan jip yang disewa.
• Uniknya Sego Penggel Khas Kebumen di Watoe Gajah
Hal ini dialami oleh seluruh pelaku persewaan jip di lereng Merapi.
"Ya, hampir separuh 50 persen penurunannya. Saya juga berpikir mungkin terlalu banyak armada dulu kan 600 sekarang 1.000 armada lebih. Animo pengunjung masih banyak karena banyaknya jip akhirnya tidak bisa seperti dulu, " jelasnya.
Di sisi lain, para pengelola juga kesulitan mencari pemandu driver.
Sehingga, otomatis banyak jip yang mengkrak karena tidak beroperasional.
"Kalau mau dijalankan harus memperbaiki lagi kendaraannya," urainya.
Pihaknya pun menyiapkan berbagai macam terobosan agar jip wisata ini tetap diminati.
• Komunitas Jip DAC, Jadi Salah Satu Penggerak Ekonomi Warga di Kawasan Wisata Dlingo
Untuk menghadapi liburan akhir tahun, pihaknya menyiapkan sekitar enam rute yang dibagi menjadi paket wisata.
Harga per paket pun berbeda, paling bawah paket 1 dengan harga Rp 300 ribu dan paling mahal Rp 800 ribu, sudah termasuk driver dan retribusi.
Pengaturan jalur pun dilakukan karena adanya kekhawatiran berbenturan dengan penambang truk.