Gunungkidul
Peringati 1 Muharram, Warga Nglipar Gelar Kirab Pusaka
Dalam upacara adat ini, selain melakukan kirab pusaka, masyarakat juga menggelar tradisi kuras tempat air atau gentong dalam bahasa jawa.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Masyarakat Kabupaten Gunungkidul hingga saat ini masih menjunjung tinggi budaya peninggalan dari leluhur.
Banyak kegiatan budaya yang diselenggarakan di Kabupaten Gunungkidul.
Satu diantaranya adalah upacara adat menyambut tahun baru Islam dan jawa, 1 Muharram 1440 Hijriah.
Upacara adat diselenggarakan oleh masyarakat Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, pada Minggu (1/9/2019).
Dalam upacara adat ini, selain melakukan kirab pusaka, masyarakat juga menggelar tradisi kuras tempat air atau gentong dalam bahasa jawa.
• Palette X Wardah: Tutorial Make Up ke Kondangan yang Antiribet
Dari pantauan Tribunjogja.com, masyarakat telah memadati lokasi upacara adat sejak pagi hari mereka antusias dalam menyemarakkan upacara tersebut.
Tak hanya melakukan kirab pusaka dan menguras gentong, masyarakat juga disuguhkan pertunjukkan musik campursari dan juga gejog lesung.
Selaku Dewan Budaya Kecamatan Nglipar, Muryanta menjelaskan, setiap memasuki tahun baru Islam yaitu pada tanggal 1 Muharram warga Desa Pengkol melakukan berbagai kegiatan.
"Malam hari ada kegiatan tirakatan, lalu disambung pada siang hari dilakukan kirab budaya yang didalamnya ada kirab pusaka dan juga nguras gentong, yang letaknya di halaman balai budaya," jelasnya pada Tribunjogja.com.
• Tim PKM UAD Bikin Wahana Outbound Baru di Jurug Gedhe Gunungkidul
Ia menjalaskan pada kirab tahun ini ada yang berbeda.
Pada kirab kali ini juga digelar kegiatan pameran tosan aji.
Ia menjelaskan tosan aji adalah pusaka peninggalan mulai dari Kerajaan Majapahit hingga mataram.
Kurang lebih ada 100 pusaka yang dipamerkan dalam festival tosan aji kali ini, dan terdiri dari berbagai bentuk pusaka mulai dari tombak, payung, dan cemeti.
"Disini yang ikut pameran ada Tombak Kyai Umbul Katon, Tombak Korowelang, Payung Agung, dan Cemeti Amuk," bebernya.
Pusaka tersebut dikirab berkeliling desa dengan para abdi dalem Keraton Yogyakarta dengan dikawal prajurit lombok abang, menuju pasarean Ki Ageng Damarjati, atau Sunan Tremboyo.
• BPBD Gunungkidul Uji Coba Aplikasi Baru untuk Survey Rumah Tahan Gempa
Yang pertama kali menjamasi pusaka pada kegiatan kali ini daalah dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Karena menurut kepercayaan masyarakat setempat tidak boleh ada yang mendahului pihak keraton dalam menjamasi pusaka.
"Untuk kuras gentong nanti juga akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang dilakukan para pendahulu kami," ujarnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, pihaknya mengapresiasi kegiatan ini karena kegiatan budaya seperti ini adalah aset bagi masyarakat Gunungkidul.
"Pemerintah Kabnupaten Gunungkidul menyambut baik masyarakat masih memegang teguh budaya yang ada. Pemerintah Kabupaten mendukung kegiatan budaya," tutup Immawan.(*)