Pendidikan
Maria Clara Yubilea Sidharta, Sarjana Termuda UNY yang Jenius Meski Berkebutuhan Khusus
Dengan keterbatasannya, ia bisa lulus di usia muda dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,76.
Penulis: Santo Ari | Editor: Gaya Lufityanti
Sejak awal perkuliahan, Patricia pun selalu memberi dukungan kepada anaknya, satu di antaranya adalah dengan mengantar jemput Lala.
Maklum saja ujarnya, saat awal masuk kuliah Lala masih usia 15 tahun.
Namun setahun berjalan, Patricia merasa bosan jika hanya datang ke UNY untuk antar jemput.
Terlebih lagi, kebutuhan khusus Lala terus berkembang seiring bertambahnya usia.
Maka dari itu ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah.
Akhirnya setahun setelah Lala mulai kuliah, Patricia mendaftar dan dinyatakan diterima di S2 Pendidikan Luar Biasa UNY angkatan 2016.
Pada saat itu, Patricia merupakan satu-satunya mahasiswa yang tidak berlatar belakang pendidikan luar biasa di jenjang S1 nya.
Ia sendiri memiliki latar belakang guru seni musik.
"Saya merasa tidak cukup bekal untuk membantu Lala. Maka seizin suami, saya sekolah lagi agar punya ilmu yang bermanfaat dalam mendidik Lala ataupun anak-anak gifted lainnya," ceritanya.
• Dishub Sleman Berencana Pasang Lampu APILL di Area Simpang Lima Kampus UNY
Patricia menceritakan bahwa perjalanannya menempuh studi tidak mudah.
Beberapa kolega menjadikannya bahan bercanda.
Ia dianggap hendak menjadikan putrinya sebagai kelinci percobaan atas teori Pendidikan Luar Biasa yang diperolehnya di dalam ruang kuliah.
Namun Patricia tak bergeming dengan tuduhan tersebut.
Bahkan Patricia semakin berusaha dengan mengejar ketertinggalan ilmu dengan menumpang belajar di SLB Marganingsih Tajem.
Di sana ia memperoleh teori terkait pendidikan luar biasa sekaligus mempraktikkannya secara langsung.
Hingga pada akhirnya pada 13 Mei 2019, tesis Patricia telah disetujui oleh dosen pembimbing.
Ia pun bisa diwisuda pada Juni 2019 kemarin.
Namun masih ada ganjalan di hatinya.
Ia merasa tugasnya di kampus belum selesai.
Hal itu dikarenakan Lala saat itu juga sedang menuntaskan bab-bab terakhir dalam skripsinya.
Akhirnya Patricia memutuskan untuk berkirim surat kepada wisuda kepada Rektor dan Direktur Pascasarjana UNY.
Isinya sederhana yakni meminta Patricia diizinkan untuk wisuda Agustus.
"Saya punya keyakinan kalau tidak lama lagi Lala akan wisuda. Toh tinggal bab akhir. Sambil menunggu Lala, saya bisa cari ilmu lagi sekaligus antar jemput," ucapnya.
• Rektor UNY Posting Cerita Tentang Keangkeran Rumah Dinasnya, Endingnya Tetap Bikin Ngakak
Tebakannya tak meleset, pada 31 Juli 2019 kemarin Lala menuntaskan yudisium skripsinya.
Ibu dan anak ini pun mengenakan toga bersamaan dalam wisuda UNY pada Sabtu (31/8/2019).
Tak berhenti di sini saja, selepas mendapatkan gelar sarjananya, Lala berencana melamar beasiswa tentang pendidikan khusus atau psikologi di Amerika.
Selain itu, Lala bersama Patricia dan komunitas orang tua anak gifted di Yogyakarta juga hendak merilis buku bunga rampai bertajuk 'Menyongsong Pagi'.
Buku ini mengisahkan best practice pengalaman mengasuh dan mengalami sendiri kehidupan sebagai anak gifted.
Lala menjadi satu-satunya anak gifted yang ikut menulis buku tersebut, sekaligus sebagai penulis yang termuda.
Patricia dan Lala berharap pengalaman sekaligus ilmu mereka terkait anak berkebutuhan khusus dapat membantu masyarakat luas, sehingga pendidikan inklusif dapat dirasakan lebih banyak lagi masyarakat.
• Mahasiswa UNY Kembangkan Topeng Panji Batik Jadi Tas Ransel Kulit
"Saya tahu, banyak orang tua di luar sana yang bingung anak berkebutuhan khusus ini diapakan. Tidak banyak yang seberuntung kami mengenal ilmu pendidikan luar biasa di UNY. Kami ingin ilmu ini membumi," tutup Patricia.
Sedangkan dalam kesempatan itu Lala juga berharap agar anak gifted di luar sana dapat dukungan dari keluarga dan memaksimalkan potensinya.
"Akademik itu penting tapi passion itu juga penting. Jadi harus ballance," tegasnya.
Sementara itu Rektor UNY Sutrisna Wibawa turut mengapresiasi atas diwisudanya Lala sebagai anak berkebutuhan khusus namun berprestasi.
Sutrisna menekankan bahwa UNY akan dengan senang hati memfasilitasi anak berkebutuhan khusus agar dapat menempuh pendidikan perkuliahan.
"Alhamdulillah UNY meluluskan mahasiswi Clara yang menguasai empat bahasa asing, Jerman, Perancis, Jepang, dan Inggris. IP 3,76. Anak ini luar biasa dengan keterbatasannya bisa berprestasi," ungkapnya. (*)