Gunungkidul
Pengusaha Asal Gunungkidul Kirim Thiwul ke Selandia Baru
Thiwul instan kerap menjadi oleh-oleh karena masa kedaluarsa panjang, tanpa pengawet, bisa bertahan hingga 6 bulan.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
Ada kesulitan membuat thiwul?
Kalau kesulitan tidak ada, tetapi saat musim hujan saya kesulitan mendapatkan bahan baku yang bagus. Kalau saat musim kemarau seperti ini saya sangat mudah mendapatkan bahan baku ketela dengan mudah. Biasanya saya keliling ke petani-petani dan memilih sendiri ketela yang cocok untuk thiwul. Menjelang musim hujan atau banyak wisatawan biasanya saya menyediakan stok ketelanya, sudah saya olah jadi tepung.
• Muncul Semburan Air Bersih, Wakil Bupati Gunungkidul Perintahkan Lakukan Penelitian
Ada berapa orang yang ikut dalam membuat thiwul?
Kalau saat ramai saya dibantu 2 karyawan, kalau sepi saya dibantu satu orang, lalu istri saya juga ikut memasak langsung. Sekitar 4 orang biasanya yang membantu saya.
Dari mana saja pelanggan thiwul Pak Lambang?
Macam-macam, terutama para wisatawan. Dulu ada yang dari Jawa Tengah telepon saya untuk tahu dimana alamat toko saya, lalu saya jelaskan dan akhirnya sampai ke toko saya. Sesampainya di sini lalu membeli kembali ke Jawa Tengah. Lalu ada teman-teman suruh mengirim thiwul instan saya, ternyata ke New Zealand.
Selain toko, apakah menjual thiwul juga menggunakan sistem online?
Tidak hanya toko, tetapi saya juga memakai berbagai media sosial seperti facebook, instagram, bahkan ojek online. Jadi sebentar lagi kan musim hujan, kalau wisatawan-wisatawan berkunjung ke sini dan saat itu hujan bisa membeli lewat aplikasi ojek online itu. Sebenarnya kalau ojek online cuma buat antisipasi saat musim hujan, kalau ada yang mau beli hujan, lalu males keluar rumah bisa tetap memesan. (TRIBUNJOGJA.COM)