Gunungkidul

Pengusaha Asal Gunungkidul Kirim Thiwul ke Selandia Baru

Thiwul instan kerap menjadi oleh-oleh karena masa kedaluarsa panjang, tanpa pengawet, bisa bertahan hingga 6 bulan.

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Wisang Seto Pangaribowo
Lambang, pemilik merek thiwul Pak Lambang. 

TRIBUNJOGJA.COM - Thiwul Gunungkidul begitu ternama.

Kini thiwul dikemas menjadi oleh-oleh, bahkan dalam bentuk instan.

Bisnis thiwul pun menggiurkan.

Wartawan Tribunjogja.com, Wisang Pangaribowo melakukan wawancara eksklusif dengan pengusaha thiwul sukses sekaligus pemilik usaha Thiwul Pak Lambang.

Palette X Wardah: Tutorial Make Up ke Kondangan yang Antiribet

Sudah berapa  lama menekuni bisnis thiwul?

Kurang lebih 5 tahun berjalan. Sebelum berbisnis, saya dulu karyawan di beberapa perusahaan. Dulu belum langsung berjualan thiwul, tetapi gorengan dulu. Jualan gorengan kok berkembangnya lama, lalu mencoba berjualan thiwul dan sampai saat ini.

Kenapa berjualan thiwul?

Gunungkidul merupakan daerah wisata ditambah lagi tempat saya berjualan merupakan jalur menuju lokasi wisata (Pantai Baron), dan thiwul identik dengan Gunungkidul. Jadi saya memutuskan untuk berjualan thiwul. Ternyata berkembang sangat pesat dari beberapa tempat juga sudah ada yang meminta saya untuk membuka cabang.

10 Rekomendasi Coffee Shop Kekinian di Jogja, Asyik Buat Nongkrong

Apa yang berbeda dengan thiwul lainnya?

Thiwul adalah makanan tradisional, untuk itu perlu dibuat sesuatu yang baru. Thiwul saya sudah ada berbagai kombinasi rasa mulai dari original, coklat, keju, pandan hingga kopi.

Lalu juga ada thiwul instan. Jadi wisatawan bisa membawa thiwul sebagai oleh-oleh karena masa kedaluarsa panjang, dan sampai dirumah bisa dimasak sendiri, tanpa pengawet, bisa bertahan hingga 6 bulan. Sebenarnya bisa sampai 1 tahun, tetapi lebih baik 6 bulan.

Kenapa tidak membuka cabang?

Dulu pernah thiwul saya dijual di daerah lain, tetapi setelah berjalan cukup lama, lama-kelamaan kok tidak ada kecocokan harga dengan saya, jadi terpaksa saya tidak lagi berjualan di sana. Satu dus bervariasi, mulai dari Rp 15 ribu.

Baru 17 dari 45 Anggota Dewan Lama Gunungkidul Kembalikan Fasilitas Laptop

Selain, thiwul, apa saja yang dijual?

Di tempat saya memang tidak hanya menjual thiwul buatan saya saja, tetapi juga produk-produk UMKM yang ada di Gunungkidul juga ada. Ini untuk membantu teman-teman yang kesulitan untuk menjual produknya, mereka lalu menitipkan ke saya.

Ada kesulitan membuat thiwul?

Kalau kesulitan tidak ada, tetapi saat musim hujan saya kesulitan mendapatkan bahan baku yang bagus. Kalau saat musim kemarau seperti ini saya sangat mudah mendapatkan bahan baku ketela dengan mudah. Biasanya saya keliling ke petani-petani dan memilih sendiri ketela yang cocok untuk thiwul. Menjelang musim hujan atau banyak wisatawan biasanya saya menyediakan stok ketelanya, sudah saya olah jadi tepung.

Muncul Semburan Air Bersih, Wakil Bupati Gunungkidul Perintahkan Lakukan Penelitian

Ada berapa orang yang ikut dalam membuat thiwul?

Kalau saat ramai saya dibantu 2 karyawan, kalau sepi saya dibantu satu orang, lalu istri saya juga ikut memasak langsung. Sekitar 4 orang biasanya yang membantu saya.

Dari mana saja pelanggan thiwul Pak Lambang?

Macam-macam, terutama para wisatawan. Dulu ada yang dari Jawa Tengah telepon saya untuk tahu dimana alamat toko saya, lalu saya jelaskan dan akhirnya sampai ke toko saya. Sesampainya di sini lalu membeli kembali ke Jawa Tengah. Lalu ada teman-teman suruh mengirim thiwul instan saya, ternyata ke New Zealand.

Selain toko, apakah menjual thiwul juga menggunakan sistem online?

Tidak hanya toko, tetapi saya juga memakai berbagai media sosial seperti facebook, instagram, bahkan ojek online. Jadi sebentar lagi kan musim hujan, kalau wisatawan-wisatawan berkunjung ke sini dan saat itu hujan bisa membeli lewat aplikasi ojek online itu. Sebenarnya kalau ojek online cuma buat antisipasi saat musim hujan, kalau ada yang mau beli hujan, lalu males keluar rumah bisa tetap memesan. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved