Bantul
Warga Bantul Ini Lestarikan Penyu di Pantai Samas Hampir 2 Dekade
Berawal dari pemburu penyu, Rujito kini giat melestarikan tukik di Pantai Samas.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dalam sebuah bangunan menyerupai saung, terdapat sebuah kolam dengan dua sekat menampung ratusan hewan kecil bercangkang berwarna hitam.
Hewan tersebut adalah tukik atau anak penyu jenis penyu lekang.
Ratusan tukik ini baru sekitar sepekan menetas dari cangkang telurnya.
Telur-telur penyu ini ditetaskan di tempat khusus tak jauh dari kolam penampungan.
• Lemari Lila Padukan Kain Batik dan Desain Kasual
Tempatnya berupa bis yang ditanam dalam pasir pantai.
Bagian atasnya ditutupi dengan jaring-jaring yang di atasnya ditindih batu-batu.
Tempat tersebut merupakan tempat penetasan dan penampungan tukik milik Rujito, warga Pantai Samas, Srigading, Sanden.
Sudah sejak tahun 2000 silam Rujito giat melestarikan tukik di Pantai Samas.
Rujito yang akrab disapa Mbah Duwur ini mengaku sebelumnya ia adalah pemburu penyu.
Sebelum tahun 2000, ia kerap memburu penyu untuk dimakan dagingnya dan dijual telurnya.
Hal tersebut ia lakukan karena ia tidak tahu bahwa penyu merupakan hewan laut yang dilindungi.
"Awalnya saya pemburu, tidak tahu kalau penyu itu dilindungi oleh pemerintah berdasar undang-undang. Tapi setelah ada pendekatan dari berbagai pihak terutama BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), bahwa penyu itu dilindungi saya sadar," katanya pada Tribunjogja.com.
Jenis penyu yang ditetaskan Rujito kebanyakan penyu lekang.
"Ada juga penyu belimbing dan penyu sisik hanya saja jarang ada," ungkapnya saat ditemui Tribunjogja.com di tempat penetasan tukik Pantai Samas, Srigading, Sanden, Rabu (17/7/2019) siang.
• Relawan Selamatkan Puluhan Penyu yang Terdampar ke Daratan Akibat Tsunami Selat Sunda
Rujito mengungkapkan, di bibir Pantai Samas pada musim tertentu banyak penyu dewasa yang mendarat dan bertelur di pasir.
Sekali bertelur, seekor penyu muda dapat menghasilkan 45-60 telur.
Sedangkan penyu dewasa dapat menghasilkan 125 telur.
Oleh Rujito, telur-telur ini ditetaskan di tempat penetasan yang ia buat bersama rekan-rekan relawan lainnya.
"Ditaruh di bis ini supaya nggak kena akar-akar tanaman. Ditutup ini juga biar nggak dimakan tikus," terangnya.
Setelah menetas, tukik ditempatkan dalam kolam berisi air laut.
Seminggu atau tiga hari sekali, Rujito mengganti air kolam.
Volume airnya juga disesuaikan dengan pertumbuhan tukik.
Jika masih kecil, air yang diberikan tidak terlalu banyak.
"Menyesuaikan banyaknya air dengan umur tukik. Membiasakan tukik untuk makan, supaya bisa menungging. Ini cara saya saja supaya nanti terbiasa saat sudah dilepas di laut," jelasnya.
• Free Kik #1, Jaga Kelestarian Lingkungan Lewat Pelepasan Tukik di Pantai Pelangi
Tukik-tukik ini ia beri makan dengan ikan.
Daging ikan dicacah kecil-kecil diberikan sehari sekali tiap sore.
"Sore hari dikasih gitu aja langsung ditinggal," ujarnya.
Pada 2007 silam, tempat penetasan tukik ini habis terkena abrasi.
Rujito pun harus memulai dari awal lagi.
Beruntung, dengan bantuan donasi dari berbagai pihak, kini tempat penetasan tukik berfungsi kembali.
"Dulu cuma pakai tong sama ember. Belum seperti ini," kata Rujito.
Dulu saat Rujito masih berburu penyu, ia mengaku mendapat banyak permintaan telur penyu.
Katanya, ada mitos telur penyu dapat dijadikan obat kuat.
"Dulu banyak yang minta telur penyu, sekarang tidak lagi. Bahkan langganan saya yang dulu minta dicarikan telur penyu justru mendukung saya untuk melestarikan," ungkapnya.(*)