Mengenal ‘Lem Daging’, Enzim Kontroversial yang Banyak Digunakan pada Makanan Olahan
Zat yang digunakan dalam banyak makanan olahan itu pun memiliki sifat adiktif dan penggunaannya sebagai bahan makanan masih kontroversial.
Pada menu tenderloin daging babi, misalnya, penggunaan lem daging membuat potongan daging ini berbentuk kerucut alami dengan ujung lebih lebar dan tebal, mengecil dan lebih sempit.
Dengan menggunakan transglutaminase, produsen daging dapat “merekatkan” beberapa tenderloin bersama-sama untuk menciptakan tenderloin yang memiliki bentuk dan ukuran yang seragam.
The American Meat Institute mengatakan sekitar 83,6 juta kilogram daging di Amerika Serikat mengandung lem daging.
Selain lem daging, makanan yang diproses ada kemungkinan mengandung zat tambahan lain. Itu sebabnya para pakar menyarankan untuk membatasi asupan daging olahan.
USDA mengharuskan produsen daging, telur, dan unggas untuk mencantumkan transglutaminase pada label bahan. Namun, produsen tak selalu menuliskan istilah tersebut dengan jelas.
Terkadang, produsen makanan menuliskannya dengan istilah "Enzim TG," "Enzim", atau "Enzim TGP".
Jika daging yang kita konsumsi menggunakan lem daging sebagai tambahan, daging tersebut secara otomatis masuk dalam kategori makanan olahan.
Dalam produk lain, seperti roti dan susu, produsen juga menuliskan tambahan lem daging dengan istilah yang kurang jelas di bagian labelnya.
Efek Negatif Lem Daging
USDA dan FDA sepakat lem daging aman dikonsumsi. Namun, beberapa peneliti dan pakar makanan punya pendapat berbeda.
Kekhawatiran terbesar yang membuat Uni Eropa melarang penggunaan lem daging adalah kontaminasi bakteri.
Setiap kali protein "direkatkan" bersama-sama, risiko kontaminasi bakteri, seperti E coli, semakin meningkat.
"Risiko keracunan makanan yang ditambahkan lem daging sangat tinggi," kata Park.