Waspada Leptospirosis: 6 Warga Jogja Meninggal, 19 Positif hingga Juli 2025

Penyakit ini sering muncul setelah banjir atau saat musim hujan ketika banyak genangan air dan sanitasi lingkungan terganggu. 

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Muhammad Fatoni
Ilustrasi Gambar By AI Gemini
Ilustrasi Gambar Penyakit leptospirosis 

TRIBUNJOGJA.COM - Yogyakarta tengah menghadapi lonjakan kasus leptospirosis yang patut menjadi perhatian serius seluruh lapisan masyarakat. 

Hingga pertengahan Juli 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mencatat sebanyak 19 kasus positif leptospirosis, dengan 6 orang di antaranya meninggal dunia.

Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sekaligus menandakan adanya potensi penyebaran yang lebih luas jika tidak segera ditangani secara serius.

Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang umumnya menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urin hewan, khususnya tikus.

Penyakit ini sering muncul setelah banjir atau saat musim hujan ketika banyak genangan air dan sanitasi lingkungan terganggu. 

Gejala leptospirosis seringkali mirip dengan flu atau demam berdarah, yaitu demam tinggi, sakit kepala hebat, nyeri otot, mata memerah, dan mual, karena itu, banyak kasus tidak segera terdeteksi dan pasien terlambat mendapatkan penanganan medis.

Dalam kondisi tertentu, infeksi bisa berkembang menjadi lebih parah dan menyebabkan komplikasi serius pada organ hati, ginjal, bahkan berujung kematian.

Baca juga: Tingkat Fatalitas Serangan Leptospirosis di Kota Jogja Masuk Level Mengkhawatirkan

Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan telah meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan dengan melakukan sosialisasi ke wilayah-wilayah rawan, menyemprotkan desinfektan di lokasi yang terindikasi, serta mendistribusikan alat pelindung diri kepada warga yang bekerja di lingkungan rentan, seperti petugas kebersihan dan relawan lingkungan.

Masyarakat pun diimbau untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, tidak membiarkan tumpukan sampah yang dapat mengundang tikus, serta membersihkan saluran air agar tidak tersumbat.

Penggunaan pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan saat beraktivitas di area lembap sangat dianjurkan sebagai langkah proteksi dini.

Meningkatnya kasus leptospirosis ini menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa kesehatan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

Gotong royong dalam menjaga kebersihan dan kesadaran akan pentingnya sanitasi menjadi kunci utama dalam menekan penyebaran penyakit menular seperti ini. 

(MG/Anggitya Trilaksono)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved