Yogyakarta
Kisah Warga Binaan Rutan Kelas II A Yogyakarta Puasa di Tahanan, Hati Sakit Teringat Anak Istri
Menjalani ibadah puasa di Rumah Tahanan Negara (Rutan) menjadi pengalaman pahit bagi Sabari. Baru Maret 2019, ia dipindahkan ke Rutan Kelas II A Yogya
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Iwan Al Khasni
Kisah Warga Binaan Rutan Kelas II A Yogyakarta Puasa di Tahanan, Hati Sakit Teringat Anak Istri
Menjalani ibadah puasa di Rumah Tahanan Negara (Rutan) menjadi pengalaman pahit bagi Sabari (29). Tahun ini warga Klaten tersebut tidak bisa berkumpul dengan keluarga saat berbuka puasa atau saat sahur.
Baru Maret 2019, ia dipindahkan ke Rutan Kelas II A Yogyakarta. Artinya masih cukup lama ia menghirup udara bebas, apalagi sidang kasusnya belum selesai.
Puasa kali ini cukup berat, hatinya sakit karena tidak bisa bertemu dengan istri dan kedua anaknya.
Terlebih tahun ini jadi tahun pertama puasanya di Rutan.
"Sedih karena tidak bisa berkumpul dengan keluarga, istri dan anak. Tadi pas sahur keinget istri dan anak. Hati saya sakit karena tidak bisa bersama," katanya saat ditemui di Rutan Kelas II A Yogyakarta.
Senyumnya getir, matanya berkaca-kaca, suaranya pelan terbata-bata, bahkan sesekali berhenti.
Seolah ada sesuatu yang menahannya.
Bagi ayah dua anak itu, menjalani hukuman di Rutan merupakan cobaan dari Tuhan.
Seperti namanya, ia pun akan sabar menyelesaikan masa hukumannya nanti.
Ia pun ingin memperbaiki diri dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sebelumnya pernah dilakukan.
Ia tak mau lagi membuat istri dan anaknya sedih.

"Saya mau bertobat, kasihan istri dan anak. Yang jelas saat mau minta maaf kepada orangtua, istri, dan anak saya karena tidak bisa berkumpul saat lebaran nanti. Saya minta maaf," sambungnya pelan.
Sabari bukan satu-satunya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Rutan Kelas II A Yogyakarta yang menjalani puasa.
Dari 161 WBP, 145 WBP yang beragama Islam wajib berpuasa.