Sri Sultan HB X dan Menhub 46 Menit ke Bandara YIA Naik Kereta Api
Mereka menaiki KA Solo Ekspres dari Stasiun Maguwoharjo di kompleks Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto Yogyakarta pada pukul 08.00 WIB.
Penulis: Sigit Widya | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, bersama Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, melakukan uji coba sarana kereta api (KA) sekaligus melihat kondisi Stasiun Wates Kabupaten Kulonprogo dan Stasiun Wojo di Kabupaten Purworejo, Rabu (24/4/2019) pagi.
Mereka menaiki KA Solo Ekspres dari Stasiun Maguwoharjo di kompleks Bandar Udara (Bandara) Adisutjipto Yogyakarta pada pukul 08.00 WIB.
Selain uji coba sarana KA serta melihat kondisi Stasiun Wates dan Stasiun Wojo, Sultan dan Menhub juga mengecek bandara baru Yogyakarta International Airport (YIA).
Pada kesempatan itu, Sultan didampingi oleh Sekretaris Daerah DIY, Gatot Saptadi, serta beberapa kepala dinas di lingkungan Pemda DIY.
Adapun, Menhub mengajak serta jajaran direktur di Kementerian Perhubungan.
Perjalanan menempuh waktu lebih kurang 46 menit dari Stasiun Maguwoharjo menuju Stasiun Wojo.
Sesampai di Stasiun Wojo, rombongan disambut oleh Direktur Utama PT KAI (Persero), Edi Sukmoro.
“Rombongan terlebih dahulu tiba di Stasiun Wates pada pukul 08.41 WIB. Setelah transit empat menit, rombongan meneruskan perjalanan dan tiba di Stasiun Wojo pada pukul 08.55 WIB,” kata Humas PT KAI Daerah Operasi 6, Eko Budianto, kepada tribunjogja.com.
Ia menjelaskan, dari Stasiun Wojo menuju YIA disediakan shuttle bus dengan jarak tempuh sekitar lima kilometer atau 11 menit. Sekadar informasi, kapasitas KA Solo Ekspres adalah 178 penumpang.
Bangun Infrasturktur
Hadirnya Yogyakarta Internasional Airport (YIA) alias Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) di Temon, Kabupaten Kulon Progo, diharapkan ada pembangunan infrastruktur penunjang seperti jalan.
Hal ini dibutuhkan untuk menunjang aksesibilitas dan keterpaduan sistem transportasi serta mengerek perekonomian.
Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X mengatakan sudah ada kesepakatan dengan pemerintah pusat terkait pengembangan kawasan paskaoperasi YIA nanti.
Yakni, tidak hanya terfokus pada Borobudur melainkan juga kawasan Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) sebagai kekuatan baru pengembangan pariwisata.
Termasuk di antaranya adalah kesepakatan bahwa jalan tol Yogyakarta-Solo-Semarang akan melalui Bawen-Secang-Borobudur-Yogyakarta-Solo.
Selain itu juga akan dibangun outer ringroad berlajur empat yang mengitari wilayah Yogyakarta.
Mulai dari wilayah Tempel-Prambanan ke selatan dan mengarah ke barat hingga tembus Sentolo sebelum kemudian masuk ke Dekso-Muntilan dan tembus jalan tol Borobudur-Yogyakarta.
"Atau, dari Temon di perbatasan ke atas atau utara lalu ke Dekso. Disamping kemungkinan ad tol ke selatan dari Jakarta, Bandung ke Kroya lalu masuk Yogya-Solo. Tapi ini masih pembicaraan untuk menentukan lokasinya," kata Sultan saat mendampingi Menteri Perhubungan meninjau kesiapan YIA jelang operasi perdana, Rabu (24/4/2019).
Sultan mengatakan, ada kesepakatan lain bahwa pengembangan tol Yogyakarta-Solo itu dimungkinkan terpadu dengan jalur Temon-Prambanan yang tembus ke Manisrenggo (Klaten) dan keluar di Boyolali atau Salatiga.
Jalan ini diharapkan bisa menjadi alternatif bagi tumbuhnya kawasan wisata di lereng Merapi seperti Selo sebagai area utama untuk menikmati panorama Gunung Merapi dan Merbabu dan sekitarnya hingga kawasan Kopeng.
Dengan begitu, kawasan Joglosemar ini benar-benar bisa turut tumbuh, tidak sekadar Borobudur.
"Kalau semua bisa dilakukan, infrastrukturnya dibangun, saya yakin perkembangan investasi oleh pihak ketiga akan makin cepat. Saya yakin tidak hanya Yogya Prambanan yang tumbuh tapi juga Joglosemar," kata Sultan.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa soal jalan tol itu ranah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Namun, ia menyebut konsep yang disampaikan Sultan cukup bagus mengingat infrastruktur adalah alat utama dan harus dibangun dengan memperhatikan efek perekonomian.
"Bagaimana memikirkan ekonomi, eksisting UKM dan ke depan tumbuh sebeapa. Menghubungkan Borobudur dan Joglosemar saya pikir ide yang baik bahwa dalam satu destinasi turis tidak hanya (menginap) satu hari tapi juga dua-tiga hari sehingga devisa banyak. Kita harus memikirkan itu," kata Budi.
Penerbangan Dipindah
Sebagian penerbangan domestik di Bandara Adisucipto Yogyakarta diusulkan dipindah ke Bandara Internasional Yogyakarta (BIY/YIA) di Kulon Progo untuk menghadapi musim Lebaran 2019 ini.
Hal itu untuk mengantisipasi kepadatan jadwal penerbangan di bandara eksisting tersebut.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengemukakan usulan tersebut ketika meninjau perkembangan pembanguan Yogyakarta International Aiiport (YIA) di Temon, Kulon Progo, Rabu (24/4/2019).
Turut mendampinginya antara lain Gubernur DIY Sultan Hamengku Buiwono X, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Direktur PT ANgkasa Pura I Faik Fahmi, dan jajaran pejabat lainnya.
Budi mengatakan, jadwal penerbangan di Adisucipti biasanya sangat ramai ketika bulan puasa dan Lebaran.
Maka itu, pihaknya tengah mengkaji agar sebagian penerbangan di Maguwo itu dipindahkan ke bandara baru di Temon.
Terutama penerbangan domestik destinasi luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan lainnya.
Dari ketiga pula besar itu, saat ini setidaknya ada 18 penerbangan di Adisucipto dengan 36 kali take off-landing dan sekitar 3.500 orang penumpang.
"Kalau bisa 50 take off-landing perhari di YIA, mungkin 25 persen penerbangan di Adisucopto bisa ke sini. Tapi ini mungkin bertahap dan kita beri kesempatan pada penerbangan luar Jawa untuk terbang ke sini. Kita sedang bicarakan yang mana saja," kata Budi.
Menurutnya, Kementerian Perhubungan sudah memutuskan bahwa dua bandara di DIY ini akan tetap beroperasi semuanya secara berbarengan.
Namun, sebagian jadwal penerbagan akan dipindahkan ke Kulon Progo yang kapasitasnya sangat memadai dan lebih besar.
Bandara Adisucipto ke depannya kan digunakan untuk penerbangan berjarak tempuh singkat saja.
Budi juga membuka kemungkinan bahwa penerbangan domestiklah yang justru akan beroperasi perdana di YIA.
Ini lantaran kebutuhan waktu persiapan untuk penerbangan internasional lebih lama sekitar dua minggu dan saat ini masih dilakukan finalisasi maskapai mana saja yang sudah siap untuk beroperasi di YIA.
"Tapi yang pasti itu Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya Air, Wing Air, Air Asia, serta Silk Air," kata Budi. (*)