Jawa
Berkunjung ke Kampoeng Dolanan Nusantara di Borobudur, Kampung Unik dengan Konsep 'Dolanan'
Ada sebuah kampung unik di sekitar kawasan Candi Borobudur dimana pengunjung dapat bermain berbagai permainan tradisional atau dolanan.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ada sebuah kampung unik di sekitar kawasan Candi Borobudur dimana pengunjung dapat bermain berbagai permainan tradisional atau dolanan.
Di sana, mereka dapat merasakan bagaimana menjadi orang desa yang hidup di pedesaan, bercocok tanam, dan tinggal di rumah warga, dengan suasan desa yang masih sejuk dan damai.
Kampung itu bernama Kampoeng Dolanan Nusantara. Lokasi tepatnya ada di Dusun Sodongan, Desa Bumiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Dusun Sodongan sendiri berada di sisi utara Candi Borobudur, kurang lebih dua kilometer dari candi, sebuah kawasan desa yang masih asri dan alami.
• Kemegahan Candi Borobudur Dalam Bingkai Foto Sang Juru Rawat Candi, Suparno
Kampoeng Dolanan Nusantara dibuka sejak enam tahun lalu, tepatnya di tahun 2013. Konsep Kampoeng Dolanan Nusantara ini sendiri adalah memadukan konsep bermain permainan tradisional atau dolanan di suasana asli pedesaan.
Ada berbagai dolanan ataupun wahana permainan tradisional di sini, mulai dari egrang atau jangkauan, gasing, bakiak, gobak sodor, dakon hingga bekelan.
"Ada berbagai permainan tradisional di sini,. Ada egrang, gasing, bakiak, gobak sodor dan dakon, atau bekel untuk yang putri. Bahkan penngunjung juga dapat membikin dolanan sendiri dari daun atau bahan-bahan alam yang ada di sekitar desa.," ujar Abbet Nugroho, pengelola Kampoeng Dolanan Nusantara, Selasa (23/4/2019).
Tak hanya dolanan saja, di Kampoeng Dolanan Nusantara, pengunjung juga dapat belajar kesenian atau budaya daerah asli Borobudur.
Mereka dapat belajar menabuh gamelan, memainkan gending atau lagu jawa, dan belajar tari rakyat. Para pemandu akan siap mengajari pengunjung sampai bisa.
• BPBD Kota Yogyakarta Perkenalkan Mitigasi Bencana Lewat Tembang Dolanan Anak
"Selain dolanan, kita tambah juga dengan pengenalan budaya daerah. Anak-anak akan diajarkan menabuh gamelan, memainkan gending, belajar tari rakyat khususnya tari kubro siswa asli dari Magelang. Kita juga bekali ketrampilan menbuat permainan tradisional atau dolanan dari bahan-bahan sekitar, dari bahan daun yang bisa dikreasikan menjadi apa saja," kata Abbet.
Kampoeng Dolanan Nusantara juga menawarkan pengalaman hidup di desa atau live in.
Bagaimana hidup menjadi orang desa, tinggal di rumah sederhana, ikut bercocok tanam, menanam padi, mengolahnya menjadi beras, memasak dan memakan makanan ala desa, juga berbaur dengan masyarakat pedesaan yang terbuka dan ramah.
"Prinsipinya di desa dikenalkan hidup di desa, cara survival orang desa bagaimana, melihat dan belajar langsung dengan orang desa. Semisal soal beras, anak-anak di kota ini biasanya tak mengetahui proses padi menjadi nasi yang langsung tersaji di piring mereka. Kita perkenalkan bagaimana mereka menanam, dan membuatnya menjadi gabah," kata Abbet.
Abbet menuturkan, destinasi ini memang dibentuk bukan hanya untuk wisata saja, tetapi juga terdapat nilai edukasi, atau wisata berbasis edukasi.
Dikatakannya, wisata jika hanya untuk berfoto-foto saja, dipamerkan di media sosial, tidak akan ada nilai yang bisa dipetik.
Namun jika dikemas dengan edukasi, maka anak akan mendapat pengetahuan, tidak hanya mengunjungi destinasi saja.
• Spot Foto Asyik Punthuk Setumbu Borobudur Ditemukan Orang Ini. Bagaimana Ceritanya?
"Berwisata kalau hanya foto-foto tidak ada nilai disitu, untuk pamer di medsos, cukup disitu, tapi nilai tidak tersampaikan. Tetapi kalau kita mengemas edukasi, maka anak akan mendapat pengetahuan," kata Abbet.
Konsep dolanan ini dipilih bukan juga karena kebetulan.
Dolanan atau permainan tradisional ini dapat mengajarkan keluhuran, budi pekerti yang luhur.
Permainan tradisional terkandung banyak nilai positif, edukasi, ketrampilan, bahkan hingga gotong royong.
Hal tersebut, tentunya tidak bisa didapatkan dengan bangku sekolah saja.
"Kita ingin mengenalkan keluhuran, budi pekerti yang luhur. Permainan tradisional punya banyak nilai positif edukasi, keterampilan, gotong royong. Hal ini tentu tidak didapatkan di bangku sekolah. Ini akan dapat ditanamkan ke generasi muda, agar mereka punya sikap. Dengan bermain, mereka juga memiliki ketangkasan fisik, dan tubuh yang sehat," ujar Abbet.
Destinasi wisata yang cukup baru di Candi Borobudur ini cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat.
Setiap bulan, rata-rata ada sebanyak 300-400 pengunjung yang datang.
Mereka tak hanya bermain atau dolanan di Kampoen Dolanan Nusantara saja, tetapi juga ikut live in atau mencoba pengalaman hidup di desa.
Untuk mendapatkan pengalaman jelajah kampung dan hidup di desa, biaya yang dikeluarkan cukup murah.
Paket live in ditawarkan dari Rp 100-300 ribu per paket.
Biaya itu sudah termasuk fasilitas, akomodasi, makan, kegiatan dan tempat tinggal.
• Westlife Akan Tampil di Pelataran Candi Borobudur pada Agustus Mendatang
"Para warga pun terbuka menerima para pengunjung. Rumah-rumah di kampung disulap menjadi homestay yang nyaman untuk para pengunjung tinggal. Ada sebanyak 20 lebih homestay. Di sini, berimbas kepada perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Masyarakat mendapatkan manfaat dari adanya pariwisata di sini," tutur Abbet.
Dengan konsep yang unik, destinasi wisata ini memang banyak dikunjungi oleh rombongan sekolah. Seperti dari SMK Perguruan Rakyat I, Jakarta Selatan.
Ada sebanyak 150 siswa yang saat ini tengah live in di Kampoen Dolanan Nusantara.
Siranto, (68), pengurus yayasan perguruan rakyat, mengatakan, setiap tahun memang rutin mengadakan kegiatan seperti ini di sekolahnya.
"Tujuannya adalah anak-anak kita dapat memahami kehidupan di pedesaan, mengolah tanah, menanam padi, mengolahnya menjadi beras. Mereka tahunya beras itu tinggal ngambil di sawah, padahal melalui proses panjang. Saya kira bagus, mereka juga diajari kesenian tradisional tertarik dan sangat bermanfaat bagi mereka. Seperti Gamelan, mereka kadang hanya melihatnya dalam gambar, disini mereka bisa langsung bermain," ujar Siranto.
Salah seorang siswa,Sifa Aulia (16) jurusan Administrasi Perkantoran, kelas X, pun merasa senang mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Kampoen Dolanan Nusantara.
Di sini ia belajar membuat macam-macam kerajinan, menyaksikan dan mempelajari kesenian tradisional.
"Saya baru pertama kali ini di desa, seumur hidup belum pernah tinggal di desa. Saya memang asli Jakarta. Di sini saya pengen nyoba gamelan, dengan semangat antusias. Di sini juga, suasananya sejuk dan masih sepi," ujar Sifa.(TRIBUNJOGJA.COM)