Kudeta di Sudan
Inilah Sosok Jenderal Ahmed Awad Ibn Auf, Sang Pemimpin Kudeta Militer di Sudan
Sudan kini diperintah Dewan Militer yang dipimpin Jenderal Ahmed Awad Ibn Auf, yang sebelumnya menjabat Menteri Pertahanan.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Inilah Sosok Jenderal Ahmed Awad Ibn Auf, Sang Pemimpin Kudeta Militer di Sudan
TRIBUNJOGJA.COM, KHARTOUM – Omar al-Bashir, pemimpin Sudan yang berkuasa tiga dekade telah disingkirkan. Ia dan para pembantu terdekatnya ditangkap dan ditahan militer.
Sudan kini diperintah Dewan Militer yang dipimpin Jenderal Ahmed Awad Ibn Auf, yang sebelumnya menjabat Menteri Pertahanan.
Militer Sudan Tangkap Omar Al-Bashir dan Para Pembantu Dekatnya
Tank-tank Muncul di Khartoum, Militer Sudan Depak Presiden Omar al-Bashir
Awad Ibn Auf telah dilantik sebagai Ketua Dewan Militer, Kamis (11/4/2019). Ia didampingi Letjen Kamal Abdel Marouf sebagai deputinya.
Awad Ibn Auf mendepak Omar al-Bashir tiga tahun setelah ia digaet masuk ke lingkaran inti pemerintahan. Aksi protes rakyat Sudan yang tak puas pada rezim Bashir, berlangsung sejak Desember 2018.
Dalam pernyataanya di televisi nasional, Awed Ibn Auf menyatakan, Dewan Militer akan memerintah Sudan selama dua tahun ke depan.
Namun kudeta militer ini ditentang para pengunjukrasa dan aktivis sipil. Mereka menginginkan Sudan diperintah pemimpin sipil.
Nah, siapakah sebenarnya Awed Ibnu Auf? Benarkah ia mengambilallih kekuasaan karena merespon tuntutan kaum sipil Sudan?
Awed Ibn Auf adalah prajurit sejati Sudan. Ia benar-benar tentara tulen yang turut membangun dan memperkokoh militer Sudan sebagai penopang rezim Omar al-Bashir.
Sebelum pensiun, ia menjabat Kepala Staf Gabungan. Awed Ibn Auf menduduki jabatan kepala intelijen militer dan keamanan Sudan sepanjang konflik berdarah di Darfur sejak 2003.
Perang ini menurut laporan PBB, menewaskan lebih dari 300.000 jiwa. Pada 2009, Mahkamah Kriminal Internasional menjatuhkan dakwaan terhadap Presiden al-Bashir atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Darfur.
Sementara Awed Ibn Auf sebagai kepala intelijen, dikenai sanksi oleh pemerintah Washington karena mendukung dan mengelola milisi yang dituduh melakukan genosida dalam konflik Darfur.
Departemen Keuangan AS pada 2007 memblokir aset Awed Ibn Auf, bersama dengan dua pejabat Sudan lainnya, karena peran mereka dalam "memicu kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia di Darfur."
Setelah pensiun dari militer pada 2010, sebagai bagian dari perombakan institusional, Ibn Auf mengambil peran diplomatik di Kementerian Luar Negeri.
Dia menghabiskan waktu di pos-pos diplomatik di Mesir dan Oman, sebelum kembali ke jantung pembentukan politik Khartoum pada 2015, ketika dia ditunjuk oleh al-Bashir sebagai menteri pertahanan.