Gunungkidul
Banjir di Pantai Ngrenehan, Kapal Nelayan Banyak yang Rusak
Suroso menuturkan kapal milik nelayan yang hilang ada 5, kapal hancur ada 2, kapal patah ada 3, sedangkan warung yang terdampak banjir ada 6.
Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Banjir yang terjadi pada Minggu (17/3/2019) kemarin berakibat beberapa bangunan rusak di pantai Ngrenehan.
Satu diantaranya milik Liwung (59) warga Dusun Gebang, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari.
Ia menceritakan pada pukul 11.00 malam terdengar suara gemuruh, dirinya berpikir bahwa suara yang dengar adalah suara petir.
Baca: Sutopo: 2 Hari ke Depan Waspadai Banjir dan Longsor di Wilayah Yogyakarta
"Setelah mendengar suara itu saya dipanggil istri saya dan tanya itu suara apa kok bergetar rumahnya. Terus saya jawab itu cuma petir dan bergetar karena kena arus listrik," katanya ketika ditemui, Senin (18/3/2019).
Setelah itu dirinya menyuruh istrinya untuk ambil senter karena pada malam hari listrik mati saat istrinya meraih senter dibagian bawah ternyata air sudah masuk ke rumahnya.
Baca: Korban Banjir di Stadion Cangkring Kulonprogo Mulai Keluhkan Pusing dan Sakit Perut
"Ternyata air sudah masuk kerumah, lalu saya gandeng istri saya untuk keluar rumah. Ternyata sekitar sini sudah banjir dengan ketinggian seleher orang dewasa," ucapnya.
Ia mengaku kesulitan berenang dan menggandeng istrinya, ditambah lagi siasana gelap gulita.
Liwung mengatakan arus air berputar di sekitar rumahnya sebelum tanggul di dekat pantai roboh dan air mengalir ke laut.
"Saya berenang mencari tempat aman sikitar 50 meter dari rumah saya, dari jam 23.00 saya baru bisa keluar dari air jam 01.00 malam. Disini yang terjebak ada 3 orang saat saya sudah keluar, saya melihat teman alhamdulillah sudah menyelamatkan diri," imbuhnya.
Dirinya hanya bisa mengamankan barang-barang rumah tangga yang berukuran kecil, seperti gelas dan teko.
Gelas dan teko tersebut digunakan istrinya untuk berjualan pada malam hari.
"Saya sehari-hari kerjanya nelayan, tapibkalau malam membantu istri saya berjualan kopi, menunggu nelayan lain yang pulang biasanya ngopi malam-malam di warung saya," ucapnya.
Saat ditanya mengenai kerugian materiil Liwung hanya bisa pasrah dirinya tidak bisa menghitung berapa barang yang hanyut dalam kejadian banjir semalam.
Baca: BPBD DIY Sebut Ada 5.046 Warga Terdampak Banjir dan Tanah Longsor, Imogiri dan Pundong Paling Parah
Warga Desa Kanigoro, Sugeng Peso menuturkan kerusakan dibanding gelombang tinggi pada tahun lalu dinilai lebih parah.
"Lebih parah banjir ini karena kalau gelombang tinggi bisa diprediksi hari sebelumnya kalau banjir tidak bisa diprediksi," ucapnya.
Ia menuturkan kapal yang diparkir disekitaran pantai banyak yang mengalami kerusakan.
Ia mencatat ada 6 kapal milik nelayan rusak berat dan 4 hilang milik nelayan hilang terbawa arus banjir.
Selain itu ratusan jaring milik nelayan hanyut oleh banjir tadi malam.
"Kalau total kapal milik nelayan disini kurang lebih ada 65 kapal, lalu warung yang rusak ada 4, lapak yang hilang 1, dan satu bangunan kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) hampir rubuh," katanya.
Ia menjelaskan bangunan Pokmaswas digunakan untuk mengawasi para wisatawan yang berkunjung ke pantai Ngrenehan.
Baca: Sutopo: 2 Hari ke Depan Waspadai Banjir dan Longsor di Wilayah Yogyakarta
"Bangunan tersebut rusak parah dan hampir rubuh, biasanya bangunan tersebut digunakan masyarakat untuk mengawasi wisatawan ada yang membawa pasir atau tidak," katanya.
Sugeng berharap pemerintah setempat dapat segera memperbaiki tanggul yang digunakan untuk parkir kapal serta ada bantuan dari pemerintah daerah untuk para nelayan.
"Kasihan para nelayan karena banyak alat-alat mereka dan juga kapal mereka hancur dan hilang, para nelayan tidak bisa melaut kalau melihat kondisinya paling tidak satu bulan mereka tidak bisa melaut," ucapnya.
Sementara itu Kepala Desa Kanigoro, Suroso menuturkan lokasi yang terdampak banjir adalah SMP 3 saptosari, pantai ngrenehan, Klumpit kena longsoran talud lalu sawah kena genangan air, jadi total ada 4 lokasi kejadian.
"Harapannya segera ditindaklanjuti karena kebanyakan masyarakat sebagai nelayan kalau gak segera ditindak lanjuti kasihan mereka tidak bisa melaut," ucapnya.
Suroso menuturkan kapal milik nelayan yang hilang ada 5, kapal hancur ada 2, kapal patah ada 3, sedangkan warung yang terdampak banjir ada 6.
Baca: Kisah Prajurit TNI Selamatkan Bayi yang Terjebak Banjir, Terjepit Kayu Berjam-jam di Kolong Rumah
"Untuk kerugian ngrenehan perkiraan Rp 2 miliar karena alat-alat kapal seperti jaring memang mahal satu jaring mencapai Rp 17 jutaan, dan satu kapal itu ada 5 jaring dengan berbagai ukuran. Ditambah lagi satu mesin kapal dan jukungnya bisa mencapai Rp 40an juta. Kami berharap segera ditindaklanjuti kasihan para nelayan tidak bisa melaut," katanya.
Lanjutnya ia menuturkan melihat dari kerusakan akibat banjir nelayan bisa tidak melaut kurang lebih 3 mingguan.
"Untuk bangunan SMP rencananya akan direlokasi. Memang sudah ada peringatan dari BMKG namun kami tidak menyangka kerusakannya sampai separah ini. Ditambah lagi kami tidal memprediksi banjir seperti ini kali ini banjir paling parah yang pernah terjadi," katanya.
Baca: BNPB: 77 Tewas dan 43 Orang Hilang dalam Musibah Banjir Bandang Sentani
Ditambahlagi bangunan Pokmaswas yang hampir roboh harus segera dibenahi karena membahayakan warga sekitar.
"Bangunan Pokmaswas harus dirobohkan dan dibangun ulang karena sudah miring dapat membahayakan warga sekitar," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)