Kota Yogyakarta
Belajar Memilah Sampah Sejak Kelas 1 SD
Tak hanya mengenakan kreasi daur ulang plastik, mereka juga memakai tas kain perca yang difungsikan untuk meletakkan barang-barang serta untuk penggan
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
"Ini juga bisa lebih hemat karena kita bisa bikin pupuk kompos sendiri tidak usah beli pupuk," tambahnya.
Guru yang juga Penggiat Adiwiyata SDN Tegalrejo 1, Suparjinah menjelaskan bahwa sekolah memang sudah membiasakan anak didiknya peduli sampah sejak kelas 1.
Tidak hanya kesadaran membuang sampah di tempatnya, tapi mereka sudah bisa memilah sampah yang ada.
"Misalkan mereka tahu ada daun, mereka masukkan ke biopori," bebernya.

Sekolah yang sudah menjadi sekolah Adiwiyata sejak 2012 lalu tersebut telah memiliki bank sampah dan juga komposter atau yang digunakan untuk membuat kompos.
Baca: Pengembangan Rumah Kompos Nitikan Dikerjakan Tahun Ini
"Jadi di sekolah, sampah dikumpulkan lalu dipilah, mana sampah organik dan non-organik. Lalu untuk sampah kertas kami kumpulkan terpisah untuk ditabung di Bank Sampah. Semua punya tabungan ini," bebernya.
Selanjutnya, dari proses pemilihan tersebut, sampah yang masih bisa dipergunakan untuk kerajinan akan dipisahkan.
Suparjinah mengatakan bahwa kurikulum di SDN Tegalrejo 1 sudah terintegrasi, sehingga sampah daur ulang bisa disalurkan untuk diolah menjadi kerajinan.
"Jadi nantinya yang benar-benar dibuang adalah sampah residu atau sampah yang sudah tidak bisa diolah menjadi apa-apa lagi," tuturnya.
Pengurangan sampah juga sudah dapat dirasakan menjadi keseharian di sekolah tersebut.
Ia mengatakan, anak-anak wajib membawa botol air minum di rumah dan tidak membawa botol plastik sekali pakai untuk air minum.
Baca: Alasan Mengapa Sampah Plastik Jangan Dibuang Sembarangan
"Bahkan kantin kami juga tidak menjual makanan dan minuman kemasan. Ini membuat di sekolah nyaris tidak ada sampah plastik," ungkapnya.
Sementara itu, Kasie Pengembangan Sumber Daya Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Christina Endang menjelaskan bahwa Lomba Yel-yel dalam Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tersebut diikuti oleh 34 peserta dari seluruh SD yang ada di Kota Yogyakarta.
"Lomba yel-yel ini menjadi yang ditunggu-tunggu dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, selain memang nanti puncaknya 17 Maret di Tugu," ujarnya.
Peserta Lomba Yel-yel tersebut, lanjutnya, diminta mengenakan kostum yang merupakan aplikasi dari Hari Peduli Sampah Nasional yakni berbahan dasar sampah daur ulang.