Yogyakarta
Bantu Teman Tuli Mengakses Kesehatan, Tenaga Medis Diajari Bahasa Isyarat
Teman Tuli, sebutan bagi orang-orang dengan disabilitas tuli, masih mengalami kesulitan berkomunikasi dengan tenaga medis ketika berobat.
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
"Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal, dokter dituntut untuk menciptakan suasana yang mendukung. Dokter harus paham kalau ada pasien tuli seperti apa menanganinya," tambah Diana.
Sementara itu, Arif Wicaksono, satu dari beberapa teman tuli yang tergabung dalam Deaf Art Community sangat menanggapi positif kegiatan tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk gerakan nyata pemenuhan hak-hak bagi penyandang disabilitas.
"Ini bentuk nyata gerakan mendukung kami, kita tidak bisa terus menunggu peran nyata pemerintah," ujar Arif dengan bahasa isyarat.
Baca: 5 Fakta Seputar Rahmat Hidayat, Difabel Yang Jago Gambar Desain HIngga Ingin Bertemu Jokowi
Selain menyampaikan sosialisasi tentang bahasa isyarat kepada peserta, penyelenggara juga mengadakan sesi praktik bagi peserta untuk berkomunikasi langsung dengan teman tuli yang hadir selayaknya komunikasi antara dokter dan pasien.
Irene, satu dari beberapa peserta yang hadir, mengungkapkan rasa antusiasnya mengikuti kegiatan tersebut.
Menurutnya, kegiatan semacam ini perlu dilakukan secara rutin sebagai bekal bagi para tenaga medis berkomunikasi dengan pasien tuli.
"Acara ini sangat berguna sekali bagi saya yang akan berprofesi sebagai dokter. Selama ini banyak orang yang takut berkomunikasi dengan teman tuli, padahal sebenarnya mereka sangat ramah dan terbuka kepada kita," terangnya.
Melihat antusiasme peserta yang tinggi, penyelenggara kegiatan “Memahami Kesunyian” berharap acara ini dapat diikuti dengan keinginan setiap orang pada umumnya dan tenaga medis pada khususnya untuk memenuhi hak para penyandang disabilitas khususnya dalam hal berkomunikasi. (*)
