Bantu Teman Tuli Mengakses Kesehatan, Tenaga Medis Diajari Bahasa Isyarat

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Komunitas Deaf Art Community, sebuah komunitas yang berisikan para penyandang tuli di Yogyakarta bekerjasama dengan komunitas Tokoh Utama dan Warung Kopi Sendu Lalu mengadakan kegiatan sosialisasi bahasa isyarat dengan menargetkan para tenaga medis.

Acara bertajuk “Memahami Kesunyian” itu bakal bertempat di Warung Apresiasi Lumbini, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Selasa (19/2/2019).

Kegiatan ini sekaligus menjawab keresahan para disabilitas lantaran kurangnya peran pemerintah maupun masyarakat dalam mewujudkan Pasal 68 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Pasal tersebut mengatur bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan di wilayahnya agar mampu memberikan pelayanan kesehatan bagi penyandang disabilitas.

Namun, dalam realitasnya pasal tersebut belum terlaksana dengan baik.

Penyandang disabilitas merasa belum diberikan pelayanan kesehatan dengan baik.

Baca: STIE Mitra Indonesia Siapkan Mahasiswa yang Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Satu di antaranya dalam bentuk komunikasi.

Seperti yang dialami oleh para penyandang tuli di Yogyakarta.

Ramdaniar Nur Diana, koordinator acara yang juga berprofesi sebagai dokter mengungkapkan bahwasanya para Teman Tuli, sebutan bagi orang-orang dengan disabilitas tuli, masih mengalami kesulitan berkomunikasi dengan tenaga medis ketika berobat.

"Teman tuli sering mengeluhkan kepada saya ketika mereka berobat kesulitan berkomunikasi dengan tenaga medis seperti dokter," terang Diana pada Tribunjogja.com.

Komunikasi teman tuli selama ini memang terbantu apabila ada interpreter yang mendampingi.

Namun di sisi lain, jumlah interpreter di Indonesia masih sangat sedikit.

Menurut Diana, para teman tuli berharap bisa berkomunikasi langsung dengan tenaga medis ketika berobat, tanpa adanya perantara.

Baca: Lipstick Untuk Difabel, Tingkatkan Kepedulian Sosial Lewat Make Up

Ia pun menceritakan bahwasanya ada seorang dokter gigi tuli di Indonesia.

"Ada satu dokter gigi tuli di Indonesia, dokter Juniyati Effendi, di tengah disabilitasnya dia masih mampu menjalankan profesinya menangani pasien yang normal. Seharusnya dokter gigi tidak memiliki disabilitas harus lebih bisa," ungkap Diana memberikan motivasi kepada peserta yang hadir.