Kuliner Unik
Pasar Papringan di Temanggung, Sensasi Kulineran di Tengah Kebun Bambu, Bayar Pakai Pring
Sensasi unik wisata kuliner Pasar Papringan Temanggung. Kulinernya khas, bayarnya pakai mata uang pring. Sego Jagung Kuning, Lontong Mangut, Sego Gono
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, TEMANGGUNG - Pernahkah Anda membayangkan berwisata kuliner di tengah rindangnya kebun bambu?
Sensasi unik ini akan bisa Anda temukan di wisata kuliner di Pasar Papringan, Dusun Ngadiprono, Temanggung, Jawa Tengah. Kulinernya khas, bayarnya pakai mata uang pring.
Pasar Papringan yang hanya hadir setiap hari Minggu Pon dan Minggu Wage menghadirkan berbagai hidangan khas pedesaan, misalnya Sego Jagung Kuning, Lontong Mangut, Bubur Kampung, Nasi Rames, Sego Gono, Gablok Pecel, dll.
Baca: Mencicipi Aneka Kuliner Mi di Warung Mie Bandung Kridosono Yogyakarta
Selain itu ada pula berbagai jajanan tradisional khas pedesaan dari Temanggung, yaitu Bajingan Kimpul dan Singkong, Dawet Anget, Iwel-iwel, Ndas Borok, Bal Jandal, dan masih banyak lagi.
Mata uang pring
Pasar ini menjadi semakin unik karena anda tidak berbelanja menggunakan mata uang rupiah, melainkan pring.
1 pring setara dengan Rp2000.
Sebelum icip-icip makanan di Pasar Papringan, anda harus menukarkan uang dengan pring terlebih dahulu.
Harga makanan dan minuman di Pasar Papringan bervariasi, mulai dari 1-6 pring.
Pasar Papringan ini buka mulai pukul 06.00 - 12.00 WIB.
Baca: Kuliner Unik Ala Pawon Semar, Olah Salak jadi Oseng-oseng Nan Segar
Proyek revitalisasi desa
Bicara soal Pasar Papringan tidak bisa terlepas dari sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) Spedagi, yang didirikan oleh seorang desainer produk, bernama Singgih S. Kartono.
Menurut Singgih yang ditemui Tribunjogja.com sambil bersantap sarapan Nasi Kuning di Pasar Papringan, Minggu (13/1/2019), mengungkapkan jika Pasar Papringan adalah satu di antara proyek sosial dari Spedagi.
"Pasar Papringan salah satu proyek revitalisasi desa (yang diinisiasi) Spedagi. Jadi, Spedagi ini sebuah kegiatan, movement yang bergerak di bidang revitalisasi desa dengan pendekatan kreatif," ungkapnya.
Spedagi mulai digiatkan sejak Singgih mengembangkan sepeda bambu di awal tahun 2013.

"Spedagi itu ada dua, yaitu sebagai brand (merek) sepeda bambu, dan sebagai nama dari social movement (pergerakan sosial) dengan fokus pada revitalisasi desa dengan pendekatan kreatif," imbuhnya.