Kuliner Unik
Pasar Papringan di Temanggung, Sensasi Kulineran di Tengah Kebun Bambu, Bayar Pakai Pring
Sensasi unik wisata kuliner Pasar Papringan Temanggung. Kulinernya khas, bayarnya pakai mata uang pring. Sego Jagung Kuning, Lontong Mangut, Sego Gono
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana | Editor: Yoseph Hary W
Asal muasal Pasar Papringan
Singgih membagikan kisah bagaimana dia menemukan potensi Papringan.
Menurutnya, Papringan (kebun bambu) awalnya tidak terpelihara, becek, gelap, banyak nyamuk, dan sering dijadikan tempat sampah.
"Penduduk desa sebenarnya bosan dan terbebani oleh Papringan," kata Singgih.
Hal ini tak terlepas dari anggapan bahwa bambu memiliki imej tentang kemiskinan.
Padahal menurut Singgih, bambu dan masyarakat desa itu tidak terpisahkan.
Singgih menjelaskan, "Pasar Papringan ini sebagai pendekatan dari yang jelek dan kotor menjadi menyenangkan dilihat secara visual, memberi manfaat ekonomi, dan menjadi media orang desa bertemu dengan orang kota."
Saat gelaran Pasar Papringan diselenggarakan, masyarakat dusun yang terlibat hampir 100%, sekitar 110 kepala keluarga.
Sebelum di Papringan, pernah pula dibuka kegiatan di Desa Caruban, namun gagal.
Kemudian diinisiasilah Pasar Papringan dua tahun lalu.
Baca: Rekomendasi 5 Warung Tengkleng Populer dan Enak di Yogyakarta
Pembekalan penjual di Pasar Papringan
Sebelum masyarakat berjualan di Pasar Papringan, Singgih membenarkan ada pembekalan yang diberikan.
Makanan di Pasar Papringan tidak menggunakan MSG, pengawet, dan pemanis buatan.
Masyarakat diajarkan bagaimana mengolah makanan dan minuman, hingga seberapa banyak porsi dan keindahan tampilan hidangan untuk pengunjung.
Perlu diketahui bahwa masyarakat di sekitar Papringan rata-rata bekerja menggarap sawah sebagai petani.