Bantul

Kisah Pilu Mbah Sokiyem, Tunanetra Asal Bantul yang Bertahan Hidup Sebatang Kara

Di rumah sederhana itu, Mbah sokiyem mengaku hidup sendirian sebatang kara, tidak memiliki teman untuk berbagi.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin
Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih berkunjung dan berbincang dengan Mbah Sokiyem. Tuna netra yang hidup sendiri di Dusun Nogosari 1, RT 1 Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul. 

Awalnya ia menganggap sakit itu biasa saja.

"Awale mripat kulo enten belek. Rasane Sakit. Kulo gosok-gosok. Tambah sakit. Kulo periksa, sanjange dokter enten sing pecah. Kulo mboten saged ningali. (Awalnya mata saya ada belek. Terasa Sakit. Saya mengusapnya terus. Tambah sakit. Saya periksakan ke dokter katanya ada yang pecah pada bagian mata. Akhirnya saya tidak bisa melihat-red)," ujar Mbah Sokiyem, menceritakan mengapa matanya tidak bisa melihat.

Keponakan dari Mbah Sokiyem, Tujiyanto menuturkan setiap harinya Mbah Sokiyem hidup sebatang kara.

Tak banyak yang bisa dilakukan, hanya merenda waktu.

Sebenarnya, kata Tujiyanto, Mbah Sokiyem memiliki seorang anak bernama Suprihatin.

Namun sang anak saat ini tengah merantau ke kota Padang, Sumatera Barat dan lama tak pernah pulang.

"Anaknya pernah pulang sekali dan sekarang sudah lama tak pernah pulang lagi," tuturnya.

Tujiyanto mengaku prihatin dengan kehidupan yang dialami oleh Mbah Sokiyem, tak punya teman dan tak memiliki pekerjaan.

Baca: Hingga 2018, DLH Bantul Telah Bangun 51 TPS 3R

Sempat ia mengaku pernah dua kali membawa Mbah Sokiyem ke Dinas Sosial supaya mendapatkan teman dan memiliki keterampilan.

Namun sayang, Mbah Sokiyem tidak kerasan.

"Saya bawa ke sana (dinsos) supaya dapat pelatihan tapi pulang lagi. Dua kali," ungkapnya.

Potret Mbah Sokiyem itu direspon oleh Abdul Halim Muslih yang mengunjungiya, Jumat (11/1/2019).

Kunjungan itu sekaligus merupakan tinjauan terhadap sistem penanggulangan kemiskinan yang ada di Kabupaten Bantul.

Menurutnya, masih ada bahkan banyak masyarakat miskin di Bumi Projotamansari yang belum memperoleh fasilitas jaminan sosial.

Padahal, kata Halim, pemerintah memiliki banyak program jaminan sosial yang diperuntukkan bagi warga miskin, seperti asistensi sosial lanjut usia terlantar (ASLUT), Asistensi sosial orang dengan kecacatan (ASODK), Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), dan ada juga kartu Indonesia Sehat (KIS) serta Kartu Indonesia Pintar (KIP).

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved