Yogyakarta
Pelestarian Budaya dalam Dhaup Ageng Pakualaman
Acara Dhaup Ageng yang digelar di Puro Pakualaman tidak hanya menjadi perekat cinta antara BPH Kusumo Bimantoro dengan dr Maya Lakshita Noorya.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
Para penari ini disebut sebagai Durbala Singkir.
“Artinya, durbala itu adalah kekuatan jahat atau tindak durjana. Sementara, singkir itu artinya menyingkirkan. Jadi artinya adalah menyingkirkan kekuatan jahat,” katanya.
Tarian durbala singkir ini jika dalam masyarakat umum biasanya disebut tarian edan-edanan.
Perbedaan lainnya adalah aksesoris yang dipakai oleh penari.
Jika dalam tarian edan-edanan ada aksesoris bunga-bunga berwarna merah, namun dalam durbala singkir menggunakan janur atau Sejatingnur.
Adapun penari berwajah putih dengan riasan tertentu juga konon melambangkan kekuatan negatif.
Jika kekuatan negatif bertemu negatif maka akan menjadi positif.
Para paraga juga memakai kain sekarsih dengan harapan akan mendapat kasih dari Tuhan.
“Mereka mengucapkan doa-doa sehingga kekuatan jahat menyingkir,” jelasnya.
Untuk tongkat dengan ujung lidi berarti sebagai tolak bala atau menolak kekuatan jahat.
Baca: Menu Spesial Disiapkan dalam Acara Pahargyan Dhaup Ageng Minggu Besok
Abdi Dalem Perpustakaan dan Pawiyatan Puro Pakualaman, Mas Riyo Dwijo Hutomo alias Dr Sudibyo, menjelaskan, untuk tamu pejabat, kerajaan dan negara yang diundang pada Sabtu (5/1/2019), berkisar antar 2.000 undangan.

Sementara untuk tamu sahabat, rekan, kerabat dan masyarakat umum pada Minggu (6/1/2019) mencapai 4.400 tamu.
Untuk sajian pun berbeda dari resepsi hari pertama dan kedua.
Untuk hari kemarin, yakni ada minuman wedang sereh, snak berupa garulina lapis legit, kroket kecil jawa, sop endang serani yang merupakan kesukaan Paku Alam VII hingga IX, semur lidah sapi kesukaan para Paku Alam, sambal goreng udang, acar, klengkam irisan kentang kecil, nasi putih, pancake, dan es krim.
Pada hari resepsi kedua akan disajikan dalam bentuk buffet dengan makanan berupa nasi gurih yang konon kesukaan dinasti Mataram, bistik, hot spoot (kentang dilumat kesukaan para Paku Alam), sate buntel.