Yogyakarta

Usut Kasus Perusakan Sedekah Laut, AMPB Melakukan Lampah Prihatin

Aliansi Masyarakat Peduli Budaya (AMPB) melakukan lampah prihatin dari Alun-alun Utara Yogyakarta hingga ke Titik Nol Kilometer.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Tribun Jogja/ Santo Ari
Gerakan Masyarakat Yogyakarta Melawan Intoleransi (Gemayoni) bersama elemen masyarakat lainya mendatangi Polda DIY untuk mendesak kepolisian tuntaskan kasus perusakan sedekah laut, Kamis (25/10/2018) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aliansi Masyarakat Peduli Budaya (AMPB) melakukan lampah prihatin dari Alun-alun Utara Yogyakarta hingga ke Titik Nol Kilometer.

Lampah prihatin dilakukan dengan berjalan mundur dengan mata tertutup.

Baca: Aliansi Masyarakat Peduli Budaya Desak Kepolisian Tuntaskan Kasus Perusakan Sedekah Laut

Sebelum lampah prihatin dimulai, ada prosesi yang dilakukan terlebih dahulu.

Prosesi dilakukan dengan menabur bunga, sambil mengidungkan kidung berbahasa Jawa.

Setelah itu, seorang berpakaian serba hitam memasang alumunium foil dan merekatkan dengan lakban hitam.

Kemudian mulai berjalan mundur hingga titik nol kilometer.

Kidung-kidung berbahsa Jawa terus berkumandangkan selama perjalanan.

Sesampainya di Titik Nol Kilometer, AMPB kemudian membacakan pernyataan sikap terhadap kasus pengerusakan perlengkapan acara sedekah laut di Pantai Baru, Bantul yang terjadi beberapa waktu lalu.

Ketua panitia kegiatan Labuhan Mantra, Lestanto Budiman mengatakan bahwa lampah prihatin merupakan prosesi awal sebelum acara puncak, yaitu Labuhan Mantra di Parangkusumo.

"Ini prosesi awal, tadi dimulai dari Polda, kemudian bergeser ke sini (Alun-alun Utara), nanti puncaknya Labuhan Mantra di Parangkusumo. Yang kami lakukan hanya simbol-simbol saja," katanya saat ditemui Tribunjogja.com usai lampah prihatin di Alun-alun Utara Kamis (25/10/2018).

"Banyak orang yang bisa melihat dengan panca indera, tetapi mata batin tertutup. Lampah prihatin ini dilakukan dengan mata tertutup, supaya mata batin terbuka," sambungnya.

Menurutnya tindakan pengerusakan tersebut bukti bahwa kesadaran masyarakat akan Pancasila masih kurang.

Pengerusakan tersebut merupakan hal yang memaksakan kehendak dari sekelompok orang.

Baca: Polres Bantul Terima Laporan 8 Warga Pantai Baru dalam Kasus Perusakan Properti Sedekah Laut

Hal itu juga menyebabkan kekhawatiran bagi masyrakat Yogyakarta.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved