Yogyakarta

Dua Pelaku Pengeroyokan di SSA Tertangkap

Dua pelaku pengeroyokan yang menewaskan Muhammad Iqbal Setyawan sudah tertangkap.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Rizki Halim
Bentrok Terjadi di Stadion Sultan Agung Bantul, Kamis (26/7/2018). 

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dua pelaku pengeroyokan yang menewaskan Muhammad Iqbal Setyawan sudah tertangkap.

Iqbal merupakan korban pengeroyokan oknum penonton bola dalam pertandingan PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman di Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul, Kamis (26/7/2018) lalu.

Ia menderita luka lebam di sekitar wajah dan belakang kepalanya dan sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Permata Husada.

Penangkapan dilakukan oleh Tim Progo Sakti Polda DIY bersama Tim Resmob Polres Bantul dan Resmob Polsek Jetis. Kedua pelaku adalah LGF (21) warga Sewon, Bantul dan WTP (19) warga Banguntapan, Bantul.

Pelaku ditangkap pada Sabtu (28/7/2018) sekitar pukul 02.00 WIB.

Baca: Panpel dan Manajemen PSIM Sesalkan Adanya Korban Jiwa Dalam Derbi DIY

Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dofiri membenarkan penangkapan tersebut.

Kapolda mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan kepada kedua pelaku.

Selanjutnya jika sudah cukup bukti, status keduanya akan dinaikkan sebagai tersangka.

"Kejadian kemarin memprihatinkan ya. Siapapun pelakunya harus bertanggungjawab, dan kami juga akan usut tuntas. Tadi pagi baru ditangkap, diamankan 2 pelaku. Nanti akan diperiksa, kemudian baru ditetapkan sebagai tersangka. Kemungkinan pelaku bisa berkembang," katanya saat ditemui di Mako Brimob Gondowulung, Yogyakarta Sabtu (28/7/2018).

Ia mengatakan sudah berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasi.

Pihaknya pun sudah melakukan beberapa pertemuan dengan kedua supporter. Hal itu dilakukan supaya keduanya dapat rukun.

"Sudah ada antisipasi, dari awal kita ada pertemua kedua seporter, hampir 5 kali. Kemarin jam 09.00 sudah pada berangkat, sudah kita halau juga. Kita selalu fasilitasi, dari awal korwil dan korlap kita libatkan," ujarnya.

Baca: PSIM : Ingat Kawan, Renungkan, Ini Hanya Sepak Bola

"Kemarin juga sudah ada kesepakatan, supaya korwil dan korlap itu bisa mengendalikan kawan-kawannya. Misal ada apa-apa di jalan biar korwil dan korlap yang menghalau, kalau dari polisi nanti terkesan bentrok," sambungnya.

Untuk leg kedua mendatang, Kapolda akan melakukan evaluasi.

Hal itu dilakukan supaya tidak terjadi kejadian serupa.

Polda mendukung PSSI dan sepakbola Indonesia, namun pihaknya pun akan terus membenahi perilaku suporter.

Baca: Duka di Rumah Iqbal, Remaja yang Meninggal Setelah Laga PSIM Vs PSS Sleman

"Kita evaluasi, nanti akan kita undang panpel dan suporter. Kalau tidak bisa menjamin aman, ya bisa kasih warning, daripada timbul korban. Kita dukung PSSI dan sepakbola Indonesia,sambil kita benahi perilaku supporternya. Kalau bukan kawannya kemudian dianggap musuh kan salah, pemikiran seperti itu harus dibenahi,"tuturnya.

Kabid Humas Polda DIY, AKBP Yuliyanto meminta kepada semua yang terlibat dalam pengeroyokan tersebut menyerahkan diri.

Jika tidak, pihak kepolisian akan mengambil tindakan tegas.

"Kedua pelaku ikut memukuli, jadi dikenakan pasal 170 KUHP. Yang lain, semua yang terlibat silahkan menyerahkan diri saja. kalau tidak akan diambil tindakan tegas," katanya.

Suasana Duka

Suasana duka langsung terasa di kediaman Muhammad Iqbal (16) di dusun Balong RT 4, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Jumat (27/7/2018).

Tangis Tri Wahyuningsih, ibu sambung korban tak bisa dibendung, ketika tamu dan tetangga mulai berdatangan di rumah duka. Suradi, ayah kandung Iqbal juga tampak tak bisa menyembunyikan rasa dukanya.

Namun ia terlihat mencoba tegar.

Muhammad Iqbal adalah satu penonton yang menjadi korban meninggal dunia dalam laga Derby DIY, PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman, di Stadion Sultan Agung, Bantul, Kamis (26/7/2018) petang.

Paman Iqbal, Suratno, menceritakan, sesaat sebelum pergi menonton sepakbola di SSA, Iqbal diakuinya sempat mendatangi rumahnya yang kebetulan berdekatan.

Sekitar pukul 14.00 WIB siang.

"Dia (Iqbal) kebetulan masuk ke rumah saya sendiri. Saya tanya, jam segini kok udah pulang sekolah," tutur Suratno, kala itu kepada Iqbal.

Menurutnya, Iqbal saat itu hanya tersenyum dan menjawab, sengaja pulang sekolah lebih awal untuk menyaksikan pertandingan sepakbola.

Kamis pagi, sebelum kejadian, Iqbal berangkat ke sekolah di SMKN Pleret bersama anak kandung Suratno, Nur Annisa.

Namun, ketika jam sekolah belum selesai, Iqbal pulang lebih awal sementara Nur Annisa masih berada di sekolah.

"Sebelum pergi menonton, perasaan saya udah lain. Saya sempat tahan dia (Iqbal) supaya tidak jadi pergi nonton. Tapi katanya sudah ditunggu sama temen-temennya mau ke stadion," terang Suratno.

Suratno sendiri mengaku tidak tahu persis teman-teman Iqbal yang ikut pergi ke stadion menyaksikan pertandingan itu.

"Saya cuma lihat Iqbal pakai kaos biasa sama celana pendek," ungkap dia.

Tidak ada atribut ataupun identitas salah satu klub sepakbola manapun.

Ia sendiri mengetahui, kalau keponakannya itu menjadi korban dalam pertandingan itu menjelang waktu Isya, pukul 19.00 WIB.

"Saya sama bapaknya (Suradi) mencari Iqbal, tapi tidak ketemu. Semua teman-teman Iqbal juga muter, ikut mencari (di Rumah sakit dan puskesmas) tapi tidak ada," terang dia.

Ditengah kekalutan itu, Suratno mengaku dilihatkan sebuah foto seorang korban di rumah sakit dari handphone teman Iqbal.

Awalnya ia mengaku tidak yakin kalau korban itu adalah Iqbal. Pasalnya, korban yang terlihat di dalam foto tersebut memiliki tato di lengannya.

"Iqbal itu tidak memiliki tatto, tetapi di foto korban itu ada tatto templekan," terangnya.

Namun, sesaat setelah diperhatikan secara seksama dan teman Iqbal ada yang langsung mengecek ke rumah sakit. Ternyata benar, korban itu adalah keponakannya, dalam kondisi meninggal dunia.

"Iqbal ada di RS permata Husada, Pleret. Kata dokter disana, Iqbal mulai di rawat Maghrib dan dinyatakan meninggal pukul 21.00 WIB," terangnya.

Baca: Motivasi Tinggi Jadi Kunci Kemenangan PSIM Yogya dalam Derby DIY

Masih menurut Suratno, tubuh Iqbal saat itu dalam kondisi cukup memprihatinkan. Bahkan, ia menyebut orang yang menganiaya keponakannya itu terbilang biadab.

"Di kening dan mata hitam semua, seperti bekas benda tumpul. Dibagian belakang juga di gebug," ujar Suratno sembari menunjukan beberapa bagian tubuh keponakannya yang luka.

Saat ini, di rumah duka tenda sudah terpasang, dan sejumlah tamu sudah berdatangan untuk mengantar kepergian korban ke tempat Peristirahatan terakhir.

Jenazah Muhammad Iqbal sendiri rencannya akan dimakamkam hari ini, pukul 14.00 WIB, di pemakaman umum Dusun Balong.

Patuh dan Penyayang

Di mata keluarga dan sahabat, Muhammad Iqbal (16), remaja yang meninggal dunia setelah menonton laga derby DIY, PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman di Stadion Sultan Agung (SSA), Kamis (26/7/2018), dikenal patuh dan penyayang.

Paman Iqbal, Suratno, mengungkapkan, dalam keseharian, Muhammad Iqbal itu sosok anak yang penurut.

Dia sering membantu orang tuanya untuk membersihkan rumah.

"Anaknya penurut, dirumah sering nyapu, ngepel, nyuci piring. Kalau libur sekolah juga dirumah ngemong (mengasuh) adiknya," ujar Suratno, saat ditemui dirumah duka, Jumat (27/7/2018).

Muhammad Iqbal adalah anak kedua dari Aiptu Suradi, anggota kepolisian Sektor Pleret, Bantul.

Ia menjadi korban penganiayaan setelah menyaksikan pertandingan derby DIY, PSIM Yogyakarta vs PSS Sleman di Stadion Sultan Agung (SSA), Kamis (26/7/2018).

Korban diketahui meninggal dunia di Rumah Sakit Permata Husada, Pleret, Kamis malam, sekira pukul 21.00 WIB.

"Ketika jenazah ketemu di Rumah Sakit, semua teman-teman Iqbal itu semua nangis. Kalau Iqbal bukan anak baik, tidak mungkin semua temannya itu menangis seperti itu," ujar Suratno.

Di ungkapkan pula oleh Bibi korban, Suwarti, Iqbal merupakan anak piatu.

Ia sudah ditinggal oleh ibu kandungnya sejak usia 2.5 tahun.

"Iqbal sudah ditinggal ibunya sejak kecil. Sejak usia 2.5 tahun. Selama ini Iqbal diasuh sama Ibu sambung, namanya Tri Wahyuningsih," ungkapnya.

"Iqbal itu anaknya baik hati, anteng pendiam, sopan sama orang tua. Penuh kasih sayang juga sama adik-adiknya," imbuh dia.

Saat ini, suasana duka masih terasa di kediaman Muhammad Iqbal (16) di dusun Balong RT 4, Timbulharjo, Sewon, Bantul.

Tangis Tri Wahyuningsih, ibu sambung korban tak bisa dibendung, ketika tamu dan tetangga mulai berdatangan di rumah duka.

Suradi, ayah kandung Iqbal juga tampak tak bisa menyembunyikan rasa dukanya.

Namun ia terlihat mencoba tegar.

Jenazah Iqbal rencannya, akan dikebumikan hari ini pukul 14.00 WIB di pemakaman umum dusun Balong. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved