Yogyakarta

Astri Lestarikan Budaya dengan Menjadi Dalang Cilik

Selain sebagai dalang cilik, juga menjadi satu-satunya perempuan dalam beberapa festival dalang.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Ari Nugroho
Dok Pri
Astri sedang menjadi dalang dalam Wayang Wahyu di Gombong, Jawa Tengah 

Selain mendalang, Astri juga membuat naskahnya sendiri, dibantu oleh sang ayah.

Tidak mudah dalam membuat naskah, ia harus menguasai kosakata bahasa Jawa lebih banyak.

Hal itu pula yang menjadi tantangan dalam menjadi dalang cilik.

Baca: Pendaftar Jurusan Seni Pedalangan Naik Berkat SBMPTN

"Harus banyak kosakata Bahasa Jawa, misal ada Punokawan kita harus improvisasi, harus lebih komunikatif juga dengan penonton. Itu juga susah, untuk menambah kosakata ya sering lihat wayang, terus rajin tanya kalau ada kata yang nggak ngerti," ungkap remaja kelahiran Sleman, 16 Oktober 2004 itu.

Selain bahasa, yang menjadi kesulitan Astri dalam menjadi dalang adalah menghafalkan sabetan (gerakan wayang).

Dalam gagrak Yogya yang ia pelajari, sabetan Yogya lebih halus dan lebih tertata.

"Selain itu yang susah lagi adalah suluk, semacam nembang gitu, susahnya karena harus ngepasin sama penggender. Kadang penggender kan ada improvisasinya juga, lha itu ngepasinnya susah,"ujarnya.

Kecintaanya terhadap dunia dalang ternyata juga didukung oleh sang ibu, Agustina Pujiastuti (46).

Ia pun turut mendampingi setiap putrinya mengikuti festival.

"Dia kan memang ikut karawitan, terus minta dileskan dalang. Saya awalnya mikir, perempuan jadi dalang, terus masih anak-anak juga. Paling cuma sebentar, abis itu nggak mau lagi. Tetapi yaudahlah nggak apa-apa, selama itu positif ya didukung saja," kata Agustina.

Sempat terbersit ketakutan dalam hatinya karena ia tidak fasih bahasa Jawa.

Ia berasal dari Sumatera, sehingga lebih sering menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.

Baca: Festival Dalang Cilik Meriahkan Dies Natalis UNY ke-54

"Bapaknya memang orang Yogyakarta. Cuma anak-anak ini sejak kecil sama saya, jadi tetap pakai bahasa Indonesia. Baru udah gede ini bareng bapaknya juga. Astri ini juga sebenarnya nggak bisa bahasa Jawa," tuturnya.

Ia pun bangga, karena Astri juga menjadi dalang satu-satunya yang sering ikut festival.

Menurutnya, itu membuat sang putri berbeda.

Selama yang dikerjakan anaknya positif, ia akan mendukung.

"Festival di Sleman itu peserta ada 13, dia perempuan sendiri. Yang DIY juga,di Bantu,dia peserta satu-satunya. Ya bangga, karena dia berbeda. Dia nggak harus jadi dalang, sekolah umum juga boleh. Tetapi kalau besok mau sekolah dalang, ya tetap mendukung," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved