Sleman

Cuaca Ekstrim Disebut sebagai Pemicu Naiknya Harga Daging Ayam

Di awal Juli sempat turun sampai dengan 36 ribu, namun beberapa minggu terakhir kembali naik sampai dengan 40 ribu.

Penulis: Siti Umaiyah | Editor: Ari Nugroho
IST
Sekitar 30 pedagang daging ayam di pasar Kolombo, Condongcatur, Sleman memilih untuk tidak berjualan akibat tingginya harga dan tidak adanya stok daging ayam , Senin (23/7/2018) 

Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Siti Umaiyah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Lebih dari 30 pedagang daging ayam di pasar Kolombo, Condongcatur, Depok, Sleman memilih untuk tidak berjualan pada Senin (23/7/2018) karena mahalnya harga daging ayam dan sedikitnya stok.

Djuminten, (45) satu diantara pedagang mengungkapkan, dari 50 pedagang daging ayam yang biasanya berjualan di pasar Kolombo, hanya ada 20 pedagang saja yang masih berjualan.

Harga ayam yang naik drastis, dari yang sebelumnya 40 ribu, menjadi 45 ribu.

Selain itu, tidak adanya stok membuat pedagang menjadi semakin kesulitan.

"Saya saja hanya bawa 7 kilo, itupun habisin stok kemarin yang saya simpan di freezer. Tidak ada stok hari ini. Jurangan yang biasa saya ambil juga memilih libur. Yang masih bisa jualan itu ambilnya dari Magelang. Paling dua hari ini gak bisa jualan," katanya.

Baca: Pedagang di Magelang Masih Mogok Jualan, Masyarakat Keluhkan Kelangkaan Daging Ayam

Djuminten menerangkan, harga daging ayam mulai naik pada lebaran lalu sampai dengan setelah lebaran.

Di awal Juli sempat turun sampai dengan 36 ribu, namun beberapa minggu terakhir kembali naik sampai dengan 40 ribu.

"Saya kasian yang beli. Sudah pesan dan mau bayar terus saya bilang harganya 45 ribu, eh gak jadi beli karena mahal. Saya saja sambil jualan ikan nila dan lele ini gara-gara daging ayamnya gak ada," katanya.

Selain itu, Djuminten menerangkan di pasar Demangan harga bisa mencapai 50 ribu.

"Saya kan punya langganan. Nah tadi karena gak ada stok dia saya suruh beli di tempat lain. Terus dia cari di Pasar Demangan, harganya mencapai 50 ribu. Ya saya kaget. Tolong dong Pemkab peduli, kasian yang beli gak bisa menjangkau harganya," terangnya.

Baca: Warung Makan Terkena Dampak Langkanya Daging Ayam, Omset Langsung Turun Drastis

Hal serupa diungkapkan oleh Rumini (45) yang sudah 16 tahun berjualan daging ayam di Pasar Kolombo.

Rumini yang biasa mengambil daging ayam dari tempat pemotongan ayam di Jamblangan, Turi mengatakan sulitnya mencari daging ayam.

Tidak adanya stok di tempat pemotongan ayam membuatnya harus mengurangi jumlah dagangannya.

"Lha tahu-tahu naik 5 ribu. Sempat turun kemarin, eh hari ini naik drastis. Ya kami bingung. Saya saja setiap hari sampai 80 ekor, hari ini berkurang sangat banyak. Di tempat pemotongan ayam tidak ada stok," terangnya.

Supriyanto (40) warga Pogung, Sleman yang merupakan penjual ayam bakar mengaku terpaksa mencari ayam ke pasar Kolombo karena yang biasa memasok daging ayam ke tempatnya tidak berjualan karena tidak adanya stok.

"Biasanya diantar ke rumah dagingnya. Kemarin juga masih diantar. Tapi hari ini karena gak ada stok, ya saya terpaksa ke pasar sendiri. Sampai pasar harganya juga mahal tadi. Biasanya harga normal 25-30 ribu, ini sampai 45 ribu, kan mahal sekali" terangnya.

Dia juga merasa kesulitan karena di pasar Kolombo pun tidak sedikit daging ayam yang bisa dia beli.

Baca: Stok Ayam di Sleman Langka, Pedagang Kulakan ke Luar Daerah

"Jadi kacau jualannya. Kesulitan cari ayam karena harga juga naik. Saya yang biasa ambil 15-20 kilo, hari ini paling 5 kilo saja tidak dapat. Gak tahu lah nanti jualannya. Paling cuma sedikit, jaga-jaga biar pembeli tidak kecewa," terangnya.

Danang Gunadi (38), peternak ayam asal Segotirto, Berbah, Sleman yang sejak tahun 2003 memulai usaha ternak ayam mengaku terdapat pengurangan Day Old Chicken (DOC) dari pemasok serta banyaknya ayam yang mati akibat rendahnya suhu.

Hal tersebutlah yang membuat stok ayam yang ada di kalangan peternak terbatas sehingga turut mempengaruhi kenaikan harga.

"Suhunya lumayan ektrim, sehingga banyak ayam yang mati. Yang mati sehari bisa 10 lebih. Lebih tinggi yang mati dibanding hari biasa. Selain itu dari suplaiyer mengurangi DOC, katanya sih untuk menjaga stok. Hal itu yang mungkin turut mempengaruhi sedikitnya panen," katanya.

Selain itu, karena cuaca dingin tersebutlah selain daya tahan ayam yang menurun, juga biaya untuk pemeliharaan menjadi membengkak.

Baca: Harga Daging Ayam Tembus Rp 45 Ribu, Sebagian Pedagang Pilih Tak Berjualan

"Otomatis kita tambah biaya untuk memelihara. Kita lebih ektra dalam pemeliharaan. Selain untuk jamu agar tidak terkena pilek, juga kita beri pemanas di malam hari," katanya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Sri Suwati (51) yang juga peternak ayam asal Segotirto, Berbah.

Dia mengatakan karena cuaca yang dingin akhir-akhir inilah yang membuat ayam menjadi susah berkembang.

"Harga mahal memang dipengaruhi cuaca yang ekstrim, perubahan suhu antara perubahan siang dan malam. Ayam susah untuk hidup. Perkembangannya juga sudah. Itu mungkin yang mempengaruhi," katanya.

Wati mengatakan karena susahnya ayam untuk hidup dan berkembang tersebutlah, yang membuat stok ayam berkurang dan berpengaruh terhadap tingginya harga.(TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved