Jawa
Pedagang di Magelang Masih Mogok Jualan, Masyarakat Keluhkan Kelangkaan Daging Ayam
Dirinya mengaku kesusahan mencari daging ayam setelah adanya aksi mogok berjualan yang dilakukan oleh para pedagang daging ayam di Kota Magelang.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Masyarakat Kota Magelang mengalami kesulitan akibat kurangnya stok daging ayam yang ada di Kota Magelang.
Hal ini dampak dari aksi mogok yang dilakukan oleh para pedagang daging ayam yang ada di sejumlah daerah, termasuk di Kota Magelang, selama tiga hari mulai Minggu (22/7/2018) hingga Selasa (24/7/2018) mendatang.
Salah seorang penjual makanan di Tuin Van Jawa Kota Magelang, Novi, mengatakan, dirinya kesusahan mencari daging ayam karena tidak adanya pedagang daging ayam yang berjualan di pasar yang ada di Kota Magelang.
Jikalau ada, harga daging ayam pun relatif mahal, berkisar Rp 35-40 ribu per kilogram.
Baca: Warung Makan Terkena Dampak Langkanya Daging Ayam, Omset Langsung Turun Drastis
"Susah mau cari daging ayam sekarang setelah para pedagang memutuskan mogok tiga hari ini. Kalau ada pun harganya agak mahal, karena banyak yang nyari, sementara stoknya sedikit. Untungnya saya masih ada persediaan ayam di freezer, tapi sudah hampir habis," ujar Novi, Senin (23/7/2018).
Dirinya pun khawatir jika aksi mogok berjualan ini terus berlanjut, menyebabkan masyarakat khususnya pedagang makanan yang mengandalkan daging ayam sebagai produk makanan yang mereka jual, merugi dan tak dapat berjualan lagi.
"Kalau seperti ini terus, kami takut tidak dapat lagi berjualan. Padahal tempat saya ini berjualan makanan ayam goreng. Kalau tidak ada ayamnya untuk dijual, bagaimana saya akan berjualan," ujar Novi.
Hal yang sama diutarakan oleh Louis, salah seorang pedagang makanan di Alun-alun Kota Magelang.
Dirinya mengaku kesusahan mencari daging ayam setelah adanya aksi mogok berjualan yang dilakukan oleh para pedagang daging ayam di Kota Magelang.
Baca: Harga Daging Ayam Tembus Rp 45 Ribu, Sebagian Pedagang Pilih Tak Berjualan
Dirinya terpaksa membeli daging ayam ke penjual eceran yang masih tersisa.
Kendati demikian harga yang ditawarkan pun cukup mahal, kisaran Rp 35-38ribu per kilogram.
Akhirnya dirinya hanya membeli beberapa potong saja.
"Harganya mahal, karena ga ada barangnya tetapi yang beli banyak. Kami kesusahan bener, sudah saya cari di Rejowinangun, Gotongroyong, Ngasem, semuanya ngga pada jualan. Makanya harganya jadi mahal," tutur Luois.
Dirinya pun berharap agar pemerintah daerah setempat untuk dapat mengatasi masalah tersebut.
Dirinya meminta agar pemerintah memastikan ketersediaan daging ayam di pasaran.
Pasalnya, komoditas tersebut sudah menjadi bahan pangan atau kebutuhan pokok bagi masyarakat.
"Daging ayam, telur itu sudah seperti bahan pokok. Kalau tidak ada, masyarakat akan kesusahan. Oleh karena itu, kami berharap agar pemerintah dapat mengambil tindakan," pungkasnya.(TRIBUNJOGJA.COM)