Jawa
Hidup Sebatang Kara di Lereng Merapi, Pria Ini Hadapi Kanker yang Menggerogoti Tubuhnya
Hidup yang dijalani Ismail memang sungguh berat. Kehidupannya semula baik-baik saja, tiba-tiba berputar 360 derajat.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Penglihatannya terganggu, dirinya juga sulit diajak berkomunikasi.
Untuk berkomunikasi, dirinya harus dibantu oleh warga ataupun ketua RT setempat.
Dengan merintih kesakitan, saat ditanya mau minum susu? Ismail hanya menjawab 'sampun' atau (sudah).
'Besok diperiksa lagi ke dokter ya', Ismail hanya menjawab 'mboten' (tidak).
Waktu demi waktu berlalu dengan kondisi seperti itu.
Ismail kerap mengeluhkan sakit.
Makanan sudah tidak bisa masuk dalam tubuhnya, setiap diberikan makanan pasti muntah dan disertai darah keluar dari hidungnya.
Tetangga yang peduli pun memeriksakan Ismail ke RSUD Muntilan.
Kabar menyedihkan saat diketahui dirinya mengidap kanker di bagian leher kanan dan pangkal antara kedua matanya.
Namun, tak ada biaya untuk mengobatinya.
Pihak rumah sakit pun menyerah tak dapat menangani penyakitnya.
"Sebenarnya dia tidak mau diperiksakan ke Dokter, namun warga secara gotong royong iuran untuk pengobatannya. Ternyata beliau mengidap kanker, itu sangat menyedihkan. Sementara RSUD Muntilan angkat tangan tidak bisa mengatasinya karena terkendala peralatan. Biaya berobat pun cukup besar," ujar Rohmad.
Selang beberapa lama, Ismail hanya dapat terbaring di rumah peninggalan neneknya yang masih berdinding bambu dan hampir roboh, sendirian menahan sakit dari penyakit kanker yang dideritanya.
Untuk makan sehari-hari, dirinya mengandalkan pemberian tetangga yang masih peduli akan kondisinya.
Dahulu sebelum penyakit mengerogoti tubuhnya dirinya masih dapat membantu warga sini yang sedang membangun rumah atau bersih-bersih, warga pun memberikan upah sewajarnya.