Hipotesa Penelitian Nieuwenkamp Tentang Candi Borobudur yang Menggemparkan Pada Masanya
Dalam hipotesisnya ia mengemukakan pendapat bahwa Candi Borobudur itu katanya, dahulu dibangun di tengah-tengah danau yang kini telah mengering
Teori Nieuwenkamp dan Museum Sejarah Tugu National
Waktu Nieuwenkamp dalam tahun 1833 pertama kali mengemukakan hipotesisnya, beberapa orang ahli secara spontan ada yang membantahnya.
Seorang diantaranya adalah Letnan Kolonel van Erp, yang di harian yang sama dalam tahun itu juga membantah higotese tersebut. Th. van Erp adalah seorang perwira genie tentara Belanda yang dalam tahun 1907 selama hampir 5 tahun telah memimpin pemugaran candi itu.
Ia memahami benar segi-segi tehnis bangunan tersebut, karenanya kritiknya juga berkisar pada segi-segi tehnis bangunan itu.
Tigapuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1964, kembali teori Nieuwenkamp itu dipersoalkan lagi.
Pada tahun itu, di Jakarta, dalam rangka pembangunan Museum Sejarah Tugu Nasional telah dibentuk suatu Panitya Proyek di bawah pimpinan almarhum Prof. Dr. Priyono, yang terdiri atas dua team, team ahli sejarah, yang bertugas mempertanggung jawabkan segi-segi ilmiah dari adegan-adegan sejarah dalam museum itu, dan team seniman yang akan mewujudkan adegan-adegan sejarah itu dalam bentuk boneka-boneka dan Iukisan-lukisan dalam diorama (Ruang berbentuk ¼ bola) museum tersebut.
Panitya telah memutuskan untuk memilih adegan pembangunan candi Borobudur di abad 9 M, sebagai salah satu mata rantai dari rangkaian adegan-adegan Sejarah Nasional kita dalam museum itu.
Persoalan timbul waktu design (gambar rancangan) adegan Borobudur itu hendak ditentukan, yaitu haruskah adegan Borobudur itu diberi danau seperti dalam teori Nieuwenkamp, atau tanpa berdanau.
Almarhum bekas Presiden Sukarno sebagai seorang pencinta seni, dan menaruh minat besar pada proyek tersebut, pernah menyarankan perlunya adegan Borodur itu diberi danau agar tampak lebih indah.
Di kalangan para sejarawan sebenamya masih banyak yang meragukan kebenaran teori Nieuwenkamp itu. Masalahnya, karena tidak ada bukti-bukti epigrafis, atau sumber tertulis berupa prasasti, yang bisa digunakan sebagai pegangan untuk menunjang teori tersebut.
Katakan, andaikata danau itu pernah ada, toh masih ada lagi persoalannya; Borobudur itu dibangun ketika danau itu masih ada, ataukah pembangunannya terjadi ketika danau tersebut telah mengering?
Atau kemungkinan lain lagi, candi tersebut dibangun ketika danau itu belum ada? Semuanya itu tak bisa dipastikan.
Putih atau tidak
Pendapat Nieuwenkamp bahwa candi itu bercat putihpun tak bisa dibuktikan kebenarannya. Sebab pada candi Borobudur kini tak bisa ditemukan sisa-sisa apa yang disebut bajralepa.
Bajralepa adalah semacam “semen" berwarna putih yang sering dilepakan pada permukaan candi, agar candi itu bisa diberi warna dan diukir lebih halus.