Hipotesa Penelitian Nieuwenkamp Tentang Candi Borobudur yang Menggemparkan Pada Masanya

Dalam hipotesisnya ia mengemukakan pendapat bahwa Candi Borobudur itu katanya, dahulu dibangun di tengah-tengah danau yang kini telah mengering

Editor: Mona Kriesdinar
trivindo.com
Candi Borobudur 

Usaha pembuktiannya

Untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya itu, Nieuwenkamp lalu melakukan peneIitian-penelitian lebih lanjut. Di awal tahun 1937, dengan bantuan para geoloog Belanda di Jawa, dari Dinas Topografi di Jakarta, dan dari Dinas Pertambangan di Bandung, dilakukan pelitian di daerah sekitar Borobudur.

Dengan mempelajari tinggi-rendah tanah daerah tersebut dan mencari teras-teras kuno tepi danau itu, mereka berusaha merekonstruksi bentuk dan batas-batas danau tersebut.

Hasil terakhir penelitian Nieuwenkamp pernah dimuat dalam harian “Algemeen Handelsblad" tanggal 2 Mei 1937, lengkap dengan gambar peta danaunya, seperti yang tertera pada karangan ini.

Dari hasil penelitiannya itu, Nieuwenkamp , kembali menegaskan tentang kebenaran adanya danau itu. la mengatakan bahwa hampir seluruh teras-teras tepi danau kuno di sebelah Tenggara yang pernah disebut oleh Prof. Dr. L.M.R. Rutten, kini berhasil ditemukan.

Hanya luas danau itu ternyata lebih kecil dari apa yang ia duga sebelumnya, lebarnya hanya 1  kilometer, dan panjangnya 3 kilometer.

Di samping itu terbukti juga, bahwa Borobudur tidak terletak pada sebuah pulau, tetapi terletak pada ujung tanjung, atau tanah yang menjorok jauh ke tengah danau.

Ada tanah sempit yang menghubungkan tanah pelataran Borobudur itu dengan ujung tanah, tempat diketemukannya sisa-sisa bekas biara kuno di sebelah barat laut Borobudur.

Meskipun demikian bila Borobudur itu dilihat dari jauh, dari arah tertentu, akan masih tampak seperti berdiri di atas pulau ditengah-tengah danau.

Dari gambar rekonstruksi danau itu, bisa pula kita lihat, letak dua candi yang lain, candi Pawon dan candi Mendut, yang dengan Borobudur ketiganya membentuk satu garis lurus.

Berbeda dengan Borobudur, kedua candi itu semuanya terletak di daratan, candi Pawon terletak “di tepi danau" pada ketinggian 241,8 meter di atas permukaan laut, sedang candi Mendut terletak di ketinggian 289,3 meter diatas permukaan laut.

Menurut Nieuwenkamp, dari candi Pawon itulah dahulu bisa disaksikan pemandangan Borobudur yang paling bagus.

Pembuktian Nieuwenkamp secara topografis tersebut dilengkapi pula dengan usaha pembuktian secara toponimi. Yaitu dengan mempelajari nama-nama desa di sekitar Borobudur itu ia berusaha membuktikan bahwa daerah tersebut dahulu adalah danau.

Beberapa nama desa didaerah tersebut memang menunjukkan kaitannya dengan air, seperti : Desa Sabrangrawa, yang artinya “seberang rawa", dan desa Bumisegara, yang artinya “tanah laut".

Selanjutnya terdapat pula nama desa Tanjung dan Tanjungsari, yang mengingatkan kita dari kata tanjung itu pada tepi danau yang menjorok ketengah.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved