Marita Lorenz, Kekasih Fidel Castro Sekaligus Calon Pembunuh Sang Comandante

Marita Lorenz merupakan kekasih Fidel Castro sekaligus pembunuh bayaran yang ditugaskan Habisi Sang Comandante

Editor: Mona Kriesdinar
Marita Lorenz dan Fidel Castro 

TRIBUNJOGJA.COM - Marita Lorenz adalah Forest Gump dari Perang Dingin. Ia adalah kekasih Fidel Castro sekaligus calon pembunuh bayaran yang ditugaskan untuk menghabisi nyawa Sang Comandante.

Ia selalu muncul di tiap-tiap peristiwa penting. Mulai dari pendirian komunis Kuba ke invasi Teluk Babi ke pembunuhan John F. Kennedy.

Mudah ditarik kesimpulan Lorenz adalah sosok perempuan yang tertarik pada marabahaya.

Lorenz, yang tinggal di ruang kerja anaknya di Brooklyn, New York, AS, telah menulis sebuah buku tentang kehidupannya sebagai seorang jasus, sebagai seorang mata-mata.

Buku itu berjudul Marita: The Spy Who Loved Castro dan diterbitkan oleh Pegasus Books.

Buku ini setidaknya versi keenam dari kisah hidup Lorenz yang panas seperti roller coaster. Ada total ada empat buku—termasuk yang terbaru—dan dua judul film. Film ketiga yang dibintangi oleh Jennifer Lawrence rencananya akan dirilis pada 2018 ini.

“Saya merasa terhormat,” kata Lorenz tentang film yang dibintang Lawrence itu.

“Saya ingin bertemu dengannya. Saya ingin berbicara dengannya secara intim tentang hidup saya.”

Lorenz muda hidup dengan serba dramatis. Dibesarkan di Jerman, ibunya adalah seorang Amerika anti-Nazi dan ayahnya adalah seorang kapten kapal pesiar Jerman.

Pada usia enam tahun ia dibuang ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen bersama ibunya. Dan saat dibebaskan setahun kemudian, ia diperkosa oleh seorang tentara Amerika yang tinggal tidak jauh darinya.

Duka yang merundung hidupnya di awal-awal itulah yang, mungkin, membuatnya “kebal” terhadap drama dan bahaya.

Ketika berusia 19 tahun, ia berada di atas kapal ayahnya di Pelabuhan Havana ketika dua kapal mendekat. Kapal itu dipenuhi pria-pria berpakaian militer.

Salah satu dari mereka menarik perhatiannya. “Wajahnya memukau saya,” tulisnya.

Tak lain, sosok menarik perhatian itu adalah Fidel Castro, hanya sebulan sebelum mengambil alih Kuba dari Fulgencio Batista melalui Revolusi 26 Juli yang terkenal itu.

“Saya tidak akan pernah melupakan saat pertama kali melihat tatapannya yang tajam, wajah yang mempesona, senyumnya yang jahat nan menggoda,” tulisnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved