Marita Lorenz, Kekasih Fidel Castro Sekaligus Calon Pembunuh Sang Comandante
Marita Lorenz merupakan kekasih Fidel Castro sekaligus pembunuh bayaran yang ditugaskan Habisi Sang Comandante
Lorenz kemudian bekerja sebagai pengirim senjata dan kurir untuk CIA di Everglades—menguji M16 dan tinggal di hotel bersama para pemberontak—dalam persiapan invasi Teluk Babi.
Misi itu dimaksudkan untuk menggulingkan Castro tapi berakhir dengan rasa malu untuk Amerika Serikat.
Alih-alih menggulingkan, gagalnya invasi justru semakin meningkatkan kadar kebencian kelompok anti-Castro kepada John F. Kennedy, yang dianggap telah mengabaikan mereka saat invasi berlangsung.
Setelah kegagalan itu, Lorenz segera dikirim untuk mengumpulkan dana dari seorang “pensiunan jenderal” untuk kepentingan kelompok anti-Castro.
Ia adalah Marcos Perez Jimenez, salah satu diktator Amerika Tengah yang paling represif pada abad ke-20, yang telah memimpin rezim Venezuela yang brutal, yang sedang tinggal di Miami.
Perez terpikat dengan pesona Lorenz dan mengajaknya untuk sekadar minum anggur. Perez terus menggoda tapi Lorenz terus menolak, tapi tidak berlangsung lama.
“(Berhubungan) seks dengannya tidak istimewa dan tidak enak,” tulis Lorenz. “Tidak bisa dibandingkan dengan Fidel. Marcos bukan pencinta yang baik. Ia egois dan baginya, seks hanyalah sebuah fungsi…”
Meski begitu, Lorenz tetap menjadi kekasih Perez selama dua tahun. Saat ia hamil lagi, ia sangat senang, tapi sebuah proses ekstradisi membuatnya gagal mewujudkan kehidupan keluarga yang bahagia.
Pengacara Marcos membuat Lorenz mengajukan hak asuh kepada Perez dalam upaya membantunya tetap tinggal di Amerika.
Tapi itu menjadi bumerang. Perez diekstradisi. Dan karena Lorenz secara publik menyebut Perez sebagai ayah putrinya, klausul kerahasiaan yang dipertahankan oleh Perez sebelum memberinya dana perwalian senilai 5 juta dolar AS telah dilanggar. Artinya, Perez tidak akan mendukungnya lagi.
“Ia adalah pengacara yang goblok, seorang bocah kumuh, yang seharusnya saya tembak,” kata Lorenz belum lama ini, soal masa lalunya itu.
Dengan hilangnya sumber kehidupan, Lorenz kembali ke Sturgis. Ia pikir mungkin Sturgis bisa membawanya ke Perez. Setelah kegagalan invasi Teluk Babi, kebencian kelompok anti-Castro kepada Kennedy terus memuncak. Dan lebih dari itu, mereka ingin Presiden AS itu mati.
Suatu malam, Lorenz menulis, mereka mulai menggambar lingkaran pada peta dan ia bisa melihat kelompok itu sedang mendiskusikan sesuatu di Dallas.
“Saya hanya berpikir bahwa ini adalah perjalanan baru untuk mengangkut atau mencuri senjata seperti banyak kelompok lain yang pernah dilakukan sebelumnya, walaupun saya tidak benar-benar mengerti mengapa mereka harus pergi ke Texas, dan saya juga tidak bertanya.”
Ada seorang anggota baru di antara mereka, dan Lorenz, entah kenapa, langsung tidak menyukainya. Menurutnya, ia sosok yang sombong. Namanya Lee Harvey Oswald.