Sekolah di Gunungkidul Ini Tambah Pendapatan Guru Honorer Lewat Usaha Budidaya Jamur Tiram
Sekolah membangun budidaya jamur tiram dengan memanfaatkan ruang kosong yang tak terpakai di sudut sekolah.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Ari Nugroho
Hasil panen pertama pun cukup banyak dan dibagikan ke guru, komite dan warga sekitar sekolah.
Sisanya dijual untuk menutup biaya pembelian bibit.
Baca: Bersama Ikatan Disabilitas Purworejo, Pria Ini Kembangkan Usaha Keripik Jamur
Melihat prospek yang cukup baik, Dirinya pun berniat untuk terus mengembangkan usaha budidaya jamur ini, terlebih belum banyak usaha budidaya jamur tiram yang ada di Gunungkidul.
Usaha kepala sekolah itu pun direspon para GTT dan PTT yang juga turut mendukung pengembangan budidaya jamur.
Ada sebanyak 6 GTT, dan 2 orang PTT di sekolah yang mengurun uang sebesar Rp 165.000 masing-masing untuk membeli bibit.
Bibit dibeli dari produsen dari Sleman dengan harga Rp 2500 per baglog. Upaya mereka pun membuahkan hasil.
Jumlah bibit jamur yang dikembangkan pun terus bertambah.
Hingga kini sudah ada sekitar 850 bibit yang ditanam.
Setiap hari para GTT dan PTT juga turut merawat jamur tiram ini.
Perawatan terhadap jamur ini pun cukup mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar.
Baca: Tak Kuat Beli Lauk, Keluarga Miskin Ini Makan Kulit Singkong Seolah Menyantap Oseng Jamur
"Hasilnya lumayan, jamur bisa dipanen 1 hingga 2 kg per hari, bisa panen 6 hingga 8 kali selama kurun waktu 3 hingga 4 bulan. Budidaya jamur ini pun juga tidak mengganggu proses belajar mengajar para siswa di sekolah," ujarnya.
Jamur yang dipanen setiap harinya itu dijual kepada wali murid, warga sekitar sekolahan, serta kepada penjual sayur keliling, hingga pedagang di pasar.
Saat ini hanya sebatas jamur mentah yang dijual Rp 14.000 perkilogramnya.