Jejak Kaki Ini Bisa Ubah Kisah Evolusi Manusia. Berikut Foto dan Kisahnya
Keberadaanya di benua Eropa dinilai bisa mengubah kisah asal usul dan evolusi manusia.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
"Yang membuat kontroversial ini adalah usia dan lokasi cetakan," kata Profesor Per Ahlberg dari Universitas Uppsala, penulis terakhir studi tersebut.
Dengan usia pertanggalan relatif 5,7 juta tahun, pemilik jejak Kreta ini lebih muda dari fosil hominin tertua, Sahelanthropus dari Chad, dan kontemporer dengan Orrorin dari Kenya, namun lebih dari satu juta tahun lebih tua dari pada Ardipithecus ramidus dengan kaki mirip kera.
Ini bertentangan dengan hipotesis Ardipithecus adalah nenek moyang langsung hominin selanjutnya. Sampai tahun ini, semua fosil hominin yang berusia lebih dari 1,8 juta tahun (zaman fosil Homo awal dari Georgia) berasal dari Afrika, yang menyebabkan sebagian besar peneliti menyimpulkan inilah tempay asal usul manusia dan evolusinya.
Jejak kaki Trachilos tercetak kuat karena terlapisi foraminifera (mikrofosil laut). Cetakan kaki ini berada tepat di bawah batuan sedimen yang sangat khas yang terbentuk saat laut Mediterania mengering sebentar, 5,6 juta tahun lalu.
Pada saat jejak kaki Trachilos tercetak di masa Miosen akhir, Gurun Sahara belum ada. Lingkungan di benua Afrika umumnya padang rumput, terbentang dari Afrika Utara sampai sekitar Mediterania timur.
Pulau Kreta masih satu daratan dengan Yunani. Dengan demikian tidak sulit untuk melihat bagaimana hominin awal bisa berkeliarandi Eropa tenggara dan juga di Afrika, dan meninggalkan jejak kaki mereka di pantai Mediterania yang suatu hari nanti akan menjadi bagian dari pulau Kreta.
"Penemuan ini menantang narasi awal evolusi manusia purba dan mungkin menghasilkan banyak perdebatan. Apakah komunitas penelitian asal usul manusia akan menerima jejak kaki fosil karena bukti konklusif adanya hominin di Miosen Kreta masih harus terlihat," kata Per Ahlberg. (*)