Jejak Kaki Ini Bisa Ubah Kisah Evolusi Manusia. Berikut Foto dan Kisahnya
Keberadaanya di benua Eropa dinilai bisa mengubah kisah asal usul dan evolusi manusia.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jejak kaki yang telah memfosil berumur 5,7 juta tahun di Pulau Kreta, Yunani ini mengguncang jagat paleoantropologi dunia.
Keberadaanya di benua Eropa dinilai bisa mengubah kisah asal usul dan evolusi manusia.
Jejak purba dua telapak kaki ini dipercaya para ahli peneliti lebih kuat ciri manusia, ketimbang primata.
Mengutip laporan thearcheologynewsnetwork.com, Sabtu (25/11/2017), bentuk jempol kakinya serupa dengan milik manusia, dan terdapat bentuk bulatan di telapak yang tidak ditemukan pada kaki kera.
Sejak ditemukannya fosil Australopithecus di Afrika Selatan dan Afrika Timur di pertengahan abad ke-20, asal mula garis keturunan manusia telah diperkirakan berada di Afrika.
Penemuan fosil baru-baru ini di wilayah yang sama, termasuk jejak kaki Laetoli berusia 3,7 juta tahun di dasar sungai kering di Tanzania semakin memperkuat teori tersebut.
Hominin (anggota awal garis keturunan manusia) tidak hanya berasal dari Afrika, tapi juga terisolasi di sana selama beberapa juta tahun sebelum memulai migrasi ke Eropa dan Asia.
Nah, penemuan jejak kaki manusia di Pulau Kreta inilah yang diduga bisa mengubah teori ini. Asal usul manusia ternyata memiliki jalinan kisah yang jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan selama ini.
Jejak kaki Laetoli, yang diduga milik Australopithecus, sangat mirip dengan manusia modern kecuali tumitnya sempit dan ujungnya tidak memiliki lengkungan yang tepat.
Sebaliknya, Ardipithecus ramidus berusia 4,4 juta tahun dari Ethiopia, hominin tertua yang diketahui berasal dari fosil yang cukup lengkap, memiliki kaki mirip kera.
Periset yang menggambarkan Ardipithecus berpendapat, spesies ini adalah nenek moyang langsung hominin kemudian, yang menyiratkan kaki mirip manusia belum berevolusi pada saat itu.
Jejak kaki baru, dari Trachilos di Kreta barat, memiliki bentuk dan ciri kuat spesies manusia. Hal ini terutama berlaku pada jari kaki. Jempol kaki itu mirip dengan bentuk, ukuran dan posisi manusia.
Telapak kaki secara proporsional lebih pendek dari pada cetakan Laetoli, namun memiliki bentuk umum yang sama. Singkatnya, bentuk cetakan kaki Trachilos menunjukkan dengan jelas mereka berasal dari hominin awal, yang agak lebih primitif daripada Laetoli.
Jejak ini dari hasil penelitian tercetak di pantai berpasir, mungkin delta sungai kecil Sedangkan jejak kaki Laetoli berada di lapisan abu vulkanik.
"Yang membuat kontroversial ini adalah usia dan lokasi cetakan," kata Profesor Per Ahlberg dari Universitas Uppsala, penulis terakhir studi tersebut.
Dengan usia pertanggalan relatif 5,7 juta tahun, pemilik jejak Kreta ini lebih muda dari fosil hominin tertua, Sahelanthropus dari Chad, dan kontemporer dengan Orrorin dari Kenya, namun lebih dari satu juta tahun lebih tua dari pada Ardipithecus ramidus dengan kaki mirip kera.
Ini bertentangan dengan hipotesis Ardipithecus adalah nenek moyang langsung hominin selanjutnya. Sampai tahun ini, semua fosil hominin yang berusia lebih dari 1,8 juta tahun (zaman fosil Homo awal dari Georgia) berasal dari Afrika, yang menyebabkan sebagian besar peneliti menyimpulkan inilah tempay asal usul manusia dan evolusinya.
Jejak kaki Trachilos tercetak kuat karena terlapisi foraminifera (mikrofosil laut). Cetakan kaki ini berada tepat di bawah batuan sedimen yang sangat khas yang terbentuk saat laut Mediterania mengering sebentar, 5,6 juta tahun lalu.
Pada saat jejak kaki Trachilos tercetak di masa Miosen akhir, Gurun Sahara belum ada. Lingkungan di benua Afrika umumnya padang rumput, terbentang dari Afrika Utara sampai sekitar Mediterania timur.
Pulau Kreta masih satu daratan dengan Yunani. Dengan demikian tidak sulit untuk melihat bagaimana hominin awal bisa berkeliarandi Eropa tenggara dan juga di Afrika, dan meninggalkan jejak kaki mereka di pantai Mediterania yang suatu hari nanti akan menjadi bagian dari pulau Kreta.
"Penemuan ini menantang narasi awal evolusi manusia purba dan mungkin menghasilkan banyak perdebatan. Apakah komunitas penelitian asal usul manusia akan menerima jejak kaki fosil karena bukti konklusif adanya hominin di Miosen Kreta masih harus terlihat," kata Per Ahlberg. (*)