Catatan Pangeran Ini Beber Rahasia Jatuhnya sang Sultan
Catatan yang dibuat masih "draft" itu ditulis Pangeran Arya Panular, tokoh dekat Putra Mahkota yang kemudian jadi Sri Sultan HB III.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Bombardemen dan serbuan pasukan Inggris kala itu telah melewati Alun-alun, Pangurakan, Gladhagan, Kauman, dan Pagelaran. Takkan lama lagi, gempuran balatentara Kolonel Gillespie akan menjangkau kawasan inti keraton, tempat Sultan HB II berlindung.
Arya Panular tergopoh-gopoh menyusul belakangan bersama sejumlah kecil prajuritnya. Tembakan dan gelegar meriam berdentum-dentum di kejauhan. Banyak pangeran, pemimpin pasukan yang kala itu sudah lari menyelamatkan diri.
Tiba di gerbang Srimenganti, mereka mendapati pintu tetap terkunci. Panular berlari dan bergabung bersama Putra Mahkota di Tamansari. Namun mereka tak bisa masuk karena pintu gerbang Tamansari digerendel.
Putra Mahkota memerintahkan gerbang didobrak. Kemudian Putra Mahkota berupaya kembali ke kawasan keraton lewat Ngasem. Ia didampingi Panular dan sejumlah prajuritnya. Tujuannya hendak mengambil harta bendanya.
Namun di perjalanan, tertulis di Ngasem, rombongan kecil itu bertemu pasukan Sepoy yang dipimpin Mayor Dennis Dalton. Baku tembak terhenti atas perintah Dalton yang meminta Panular menurunkan tombaknya.
Gillespie dan Sekretaris Resdien John Deans turun dari menara benteng menemui Putra Mahkota. Datang menyusul Kapiten Cina Tan Jing Sing (Seconingrat) bersama punggawa Pakualam, Jayengtaruno.
Putra Mahkota akhirnya menyerah di bawah todongan senjata dan dibawa ke benteng Vredeburg dalam kawalan Gillespie dan Tan Jing Sing bersama Joyotaruno dari Pakualaman.
Di Srimenganti, kabar tertangkapnya Putra Mahkota itu disambut kesedihan Sultan, yang didampingi putra bungsunya, Mangkudiningrat dan prajurit perempuan. Ia juga menerima laporan betapa kocar-kacir pasukannya di semua front.
Alun-alun Selatan dikuasai prajurit Inggris, dan berusaha mendesak masuk pusat keraton dari selatan. Tumenggung Sumodiningrat yang gigih ketika itu telah ditewaskan Prangwodono dan pasukan Inggris pimpinan Letnan Dewer.
Kini Sultan tidak punya kans lagi melawan. Apalagi datang sepucuk surat dari Notokusumo soal situasi di Vredeburg dan kalkulasinya. Ia lantas menyuruh punggawanya mengibarkan bendera putih, dan meminta prajuritnya yang tersisa meletakkan senjata.
Residen Crawfurd memacu kuda dari Vredeburg menuju keraton melewati Alun-alun Utara guna mengamankan jalannya penangkapan Sultan. Pasukan Sepoy dan Inggris menyambut dan menyertainya masuk Srimenganti. Sultan dan sisa pengikut menunggu kedatangan para "tamu".
Sultan ditangkap di bawah pengawasan Crafwurd. Ketika Sultan ingin mengambil pusaka pribadinya di Proboyekso, lengannya dicekal Letnan Henry N Douglas. Sultan terkejut, kemudian Crafwurd meminta cengkeraman perwiranya itu dilepaskan.
Tak lama kemudian Sultan digiring berjalan kaki menuju Vredeburg dikawal perwira dan rajurit Inggris yang pedangnya terhunus. Di belakangnya para mantri dan pangeran menyusul berbaris mengikuti hingga benteng. Raffles sudah menunggu kedatangan sang raja.
Sesudah kepergian Sultan, kedaton ditutup dan dijaga pasukan penyerbu. Tak boleh ada yang masuk dan keluar, sementara penjarahan berlangsung di berbagai tempat dengan brutalnya. Barang jarahan dibawa ke Wisma Residen menggunakan pedati maupun dipikul.
Panular secara seksama menyaksikan dan mencatat segala pernik yang melingkupi transisi kekuasaan yang dramatis itu. Termasuk bagaimana sikap dan suasana ketika Notokusumo (PA I) bertemu Putra Mahkota di ruang yang sama, dan lama tak bertegur sapa.