Sejahterakan Peternak Sapi Perah dengan Koperasi

Di koperasi tersebut terdapat beberapa macam unit usaha seperti unit susu, unit makanan ternak, unit perkreditan sapi, unit pembibitan sapi perah.

Editor: oda
Reporter Magang Tribun Jogja/Kholid Anwar
Karyawan koperasi yang melakukan packing susu pastereusasi. 

Setiap bulannya Koperasi Warga Mulya bisa mendapat omzet dari unit usahanya sebesar 270 juta dari unit susu, 200 juta dari pakan ternak, serta 24 juta dari pasteurisasi.

Lika-liku Koperasi

Berumur lebih dari 38 tahun, koperasi susu warga mulya mengalami sudah banyak dinamika. Koperasi ini pernah mengalami puncaknya pada tahun 1980an. Ketika itu setoran susu sapi dari anggota bisa mencapai 5000-6000an liter per harinya.

Besarnya produksi tersebut membuat kewalahan, sehingga pada tahun 1990an untuk wilayah Cangkringan dan Kaliurang disarankan untuk membentuk Koperasi sendiri. Koperasi tersebut adalah Sarana Makmur, Cangringan dan UPP, Kaliurang.

“Kan dulu karena di sini kewalahan, terus disarankan dari sini untuk membuka koperasi sendiri saja,” ungkap Jati Wibowo, Ketua Dua Koperasi Warga Mulya.

Sewaktu krisis moneter di tahun 1997/1998 grafik mulai menurun. Winarwan menjelaskan bahwa 2010 merupakan tahun yang paling berat.

“Waktu itu terjadi erupsi merapi, banyak sapi-sapi yang tidak terurus dan mati karena ditinggal mengungsi oleh pemiliknya. Sebagian sapi kita kan dari Sleman bagian utara (lereng merapi),” tegasnya.

Pemulihan dilakukakan dengan memberikan kredit sapi kepada peternak. Selain itu ada juga bantuan dari pemerintah berupa sapi dan kandang untuk para peternak sapi perah.

Koperasi Warga Mulya ini buka setiap hari kecuali kantor, yang libur di hari minggu, “Sapi kan tiap hari diperah, konsekuensinya kalua peternak merah ya harus diterima.”

Pengelolaan koperasi sendiri dilakukan oleh pengurus yang jumlahnya ada lima. Mereka adalah Sunardi, Jati Wibowo, Haryanto, Winarwan, dan Sajiman. Pengurus yang ada sekarang menjabat dari tahun 2016 sampai nanti 2021.

Kepengurusan koperasi ini dipilih dari anggota yang asalnya dari anggota. Hal tersebut sebagaimana koperasi pada umumnya.

Anggota aktif dari koperasi ada sekitar 300an orang dan tersebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan yang tidak aktif ada sekitar 1000an, terhitung dari awal berdirinya koperasi tersebut.

“Mereka sudah tidak memelihara sapi perah lagi, tetapi tidak keluar dari keanggotaan. Sedangkan yang 300 ini yang masih aktif menyetor susu tiap harinya,” ungkap Winarwan.

Winarwan juga menjelaskan bahwa setiap tanggal 10 dilakukan pertemuan dengan pengurus kelompok yang mana merupakan perwakilan anggota. Berdiskusi dan berembuk semisal ada permasalahan di tingkat peternak.

Sekarang ini menurutnya sulit untuk mencari generasi yang mau memelihara sapi perah.

“Berharap koperasi ini bisa maju dan pulih seperti tahun 1980an. Rencananya sih dengan menaikan harga susu dari 4500 ke 5000. Tujuannya kan menyejahterakan anggota, harapan kami kan kalau mereka merasa untung jadi mau memeihara,” harapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved