Lipsus Pelabuhan Tanjung Adikarto
Lokasi Pelabuhan Tanjung Adikarto Dinilai Kurang Tepat
Melihat pemilihan lokasi, beberapa pihak menilai pesisir DIY tidak cocok untuk pelabuhan.
Penulis: dnh | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pelabuhan Tanjung Adikarto terletak di Karangwuni, Wates, Kulonprogo, persis di pesisir bibir pantai selatan DIY, lokasi pintu masuknya yang juga merupakan muara sungai langsung berhadapan dengan laut selatan yang sudah terkenal sejak lama memiliki ombak yang ganas.
Melihat pemilihan lokasi, beberapa pihak menilai pesisir DIY tidak cocok untuk pelabuhan.
Belum lagi sorotan pembangunan di darat sudah selesai dan beberapa fasilitas menunjang sudah siap, tetapi bagian vitalnya sebagai pintu keluar masuk kapal tak mendukung.
Pemerintah masih mengusahakan agar masalah utama yang saat ini yakni gelombang besar dan sedimentasi bisa teratasi.
Untuk diketahui pembanguan Tanjung Adikarto adalah pembangunan yang melibatkan beberapa pihak, Pemkab, Pemda dan Kementerian.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Sigit Sapto Raharjo mengatakan ada kajian studi sekaligus redesign dari pelabuhan Tanjung Adikarto, agar pembangunan yang sudah menelan dana besar itu bisa termanfaatkan sesuai dengan tujuan awal.
Sigit mengatakan saat ini studi itu tengah berjalan dan ditangani oleh rekanan yang ada di Yogyakarta.
Biaya untuk itu sebut Sigit senilai Rp 1,8 miliar.
Salah satu yang akan ditunggu hasilnya adalah cara mengatasi sedimentasi yang ada, atau yang disebut Sigit sebagai manajemen sedimentasi.
Pakar Geomorfologi Pesisir UGM, Prof Sunarto mengatakan sedimentasi di pesisir selatan DIY khususnya dari Parangtritis hingga Conggot akan terus terjadi.
Terutama di muara-muara sungai dan sedimentasi akan tinggi saat kemarau.
Selain itu sumber pasir sedimentasinya masih ada, yakni dari gunung Merapi dan terbawa di aliran sungai-sungai yang berhulu di sekitar Merapi.
Pasir akan terbawa hingga ke lautan dan akan terus menyuplai ke pantai dan muara sungai.
“Gelombang juga (tinggi) dan terus menerus. Jelas iya (gelombang tinggi memperparah sedimentasi). Gelombang ini menimbulkan arus, arus yang membawa pasir dan gelombang juga yang membawa pasir dari laut ke darat,” ujarnya belum lama ini.