Hobi Olahraga Dirgantara di DIY
Hobi Dirgantara Masih Terkesan Ekslusif
Ultralight memakai mesin serta perlengkapan untuk keselamatan penerbangan dan pasti memakan ongkos biaya yang tidak sedikit.
Penulis: dnh | Editor: Muhammad Fatoni
Arista Atmadjati
(Direktur Arista Indonesia Aviation Center)
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Saat ini untuk ultralight saya lihat masih cenderung untuk kalangan tertentu, kalangan menengah keatas. Masih sangat segmented, karena membutuhkan biaya.
Ultralight memakai mesin serta perlengkapan untuk keselamatan penerbangan dan pasti memakan ongkos biaya yang tidak sedikit. Olahraga yang memakan biaya susah untuk merakyat.
Padahal disisi lain kita banyak memiliki sarana yang ideal, seperti banyak pantai, tebing dan juga bandara. Dimana di Indonesia memiliki 230 bandara.
Selama itu tidak menggangu penerbangan bisa digunakan untuk latihan. Kendala biaya menurut saya menjadi kendala jika kita ingin mengenjot dan memasyaraktkan olahraga ini.
Karena saya sudah lihat sendiri ultralight tidak cukup hanya dengan satu dua juta, karena itu seperti pesawat ringan. Padahal sebenarnya olahraga ini menyenangkan, saya lihat sangat menyenangkan, positif, cuma mungkin terkendala biaya.
Bukan tidak mungkin kalangan menengah bawah yang selama ini belum terfasilitasi memiliki bakat.
Sehingga saat ini yang harus dilakukan adalah menghilangkan eksklusifitas, bagaimana bisa menjangkau lebih luas. Disini peran bagaimana FASI atau komunitas ultralight bisa menjembatani kecintaan terhadap ultralight.
Mungkin bisa seperti gokart. Menurut saya intinya seperti gokart, gokart itu untuk segmen tertentu.
Gokart membangun sirkuit sendiri, menyediakan mobilnya sendiri dan disewakan, jadi idenya bisa seperti itu. (*)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											